PORTAL PURWOKERTO - Buya Syafii Maarif telah meninggal dunia pada Jumat, 27 Mei 2022.
Pada hari yang banyak disebut sebagai hari baik, mantan ketua PP Muhammadiyah ini menghembuskan napas terakhirnya di RS PKU Gamping, Sleman, Yogyakarta.
Kronologi meninggalnya Buya Syafii Maarif ternyata dapat ditelusuri hingga beberapa bulan belakangan ini.
Pria kelahiran Sumatera Barat 86 tahun lalu ini sempat terkena serangan jantung ringan pada bulan Maret 2022 dan sempat dirawat selama 2 minggu.
Saat sudah keluar dari rumah sakit usai terkena serangan jantung, Presiden Jokowi menyempatkan diri menjenguk Buya pada 26 Maret 2022 lalu.
Kemudian, Buya Syafii Maarif pada Sabtu, 14 Mei 2022 sempat merasaka sesak napas kembali dan dirawat RS PKU Muhammadiyah Gamping.
Kemungkinan sesak napas yang dirasakan Buya merupakan salah satu dampak dari serangan jantung sebelumnya.
Berselang beberapa hari, pada 17 Mei 2022, Buya dinyatakan sudah membaik dan stabil sehingga dapat pulang ke rumah.
Sayangnya, pada Kamis, 26 Mei 2022 Buya kembali merasakan sakit dan kondisi tubuhnya drop. Sehingga kembali dilarikan ke RS PKU Muhammadiyah Gamping.
Menurut Abdul Mu'ti dari Muhammadiyah, kondisi Buya mulai kritis sekitar pukul 07.00 WIB hingga akhirnya menghembuskan napas terakhir sekitar pukul 10.15 WIB.
Jenazah pria yang akan berulang tahun ke 87 tahun pada 31 Mei 2022 ini disemayamkan dan disholatkan di Masjid Gedhe Kauman.
Rencananya Jenazah akan dikebumikan di Pemakaman Husnul Khotimah yang berlokasi di Dusun Donomulyo, Kapanewon Nanggulan, Kabupaten Kulonprogo setelah Ashar.
Baca Juga: Aman atau Bahaya Ini Kronologi Hilangnya Anak Ridwan Kamil di Kota Tua Warisan Dunia UNESCO di Swiss
Pemakaman ini dikenal juga sebagai pemakaman Muhammadiyah. Buya Syafii Maarif meninggalkan seorang istri yang kerap dipanggil Lip, dan seorang putra.
Buya telah menikah selama lebih dari 56 tahun dengan perempuan yang berusia 9 tahun di bawahnya itu dan disebut merupakan bunga desa.
Semasa hidupnya Buya Syafii dikenal sebagai tokoh pembaharu dan cenderung mendapatkan cap liberal atas jalan pikirannya yang maju. Namun tidak terpengaruh, Buya tetap berdiri di atas pendiriannya.***