Ringkasan Film G30S PKI, Film Wajib Ditonton Setiap 30 September yang Penuh Kontroversi Pemenang Piala Citra

- 29 September 2022, 08:00 WIB
Ringkasan Film G30S PKI, Film Wajib Ditonton Setiap 30 September yang Penuh Kontroversi Pemenang Piala Citra
Ringkasan Film G30S PKI, Film Wajib Ditonton Setiap 30 September yang Penuh Kontroversi Pemenang Piala Citra /Instagram

PORTAL PURWOKERTO - Berikut ringkasan film G30S PKI yang ditayangkan setiap tanggal 30 September.

Ringkasan G30S PKI ini adalah sinopsis dari film besutan sutradara piawai Arifin C Noer yang  merupakan suatu karya seni yang memukau.

Bahkan, Pengkhianatan G30S PKI memenangkan 7 Piala Citra dari Festival Film Indonesia tahun 1984.

Berdurasi 3,5 jam, ringkasan film Pengkhianatan G30S PKI memberikan gambaran jelas mengenai apa yang terjadi pada saat peristiwa Gerakan 30 September 1965.

Baca Juga: Profil 7 Pahlawan Revolusi Korban G30S PKI, Inilah Nama-Nama Jenderal yang Diculik PKI

Film ini bisa dibilang dibuat berdasarkan cara pandang penguasa pada saat itu, yaitu masa pemerintahan Presiden Soeharto.

Film G30S PKI dibuka dengan narasi panjang mengenai latar belakang kejadian termasuk dosa-dosa PKI di masa lalu ketika terjadi pemberontakan PKI Madiun 1948.

Kondisi kesehatan Presiden Soekarno yang memburuk dilihat PKI sebagai keadaan genting karena selama ini Presiden menjadi pelindung dan pendukung PKI.

 

Melemahnya Soekarno menimbulkan kekhawatiran adanya ancaman bagi PKI yang tidak disukai oleh berbagai partai politik lain dan juga beberapa jenderal Angkatan Darat.

Disebutkan bahwa PKI memaksa mempersenjatai angkatan kelima yang disebut sebagai Barisan Tani Indonesia. Hal ini ditolak oleh petinggi Angkatan Darat.

Baca Juga: Mengulas Rumah Penyiksaan Pemberontakan G30S PKI yang Jadi Sejarah Kelam di Tahun 1965

Karena itu PKI menyusup ke sejumlah posisi penting baik di pemerintahan maupun di angkatan bersenjata untuk melancarkan maksud pembentukan angkatan kelima sekaligus membasmi para penentang.

Berbagai rapat untuk merencanakan kudeta terhadap pemerintahan yang sah telah terjadi beberapa bulan sebelum September 1965.

Rapat tersebut dihadiri oleh beberapa tokoh PKI seperti Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit yang merupakan Sekjen PKI sekaligus Wakil Ketua MPR Sementara.

Petinggi PKI Syam Kamaruzaman juga mengikutsertakan Letkol Untung Syamsuri dan Kolonel Abdul Latief yang merupakan komandan pasukan pengawal Presiden yang disebut pasukan  Cakrabirawa.

Baca Juga: Lirik Lagu Genjer Genjer yang Dilarang Dinyanyikan Usai G30S PKI, Sejarah Lagu ini Identik dengan PKI

Ada 7 jenderal yang menjadi target penculikan PKI karena kerap menentang keinginan PKI.

Mereka adalah Ahmad Yani, R. Suprapto, MT Haryono, S. Parman, DI Pandjaitan, Sutoyo Siswomiharjo dan AH Nasution.

Pada 30 September 1965 pasukan pengaman presiden, Cakrabirawa menjemput ketujuh jenderal tersebut untuk dibawa ke markas PKI di kawasan Lubang Buaya, Jakarta.

Alasan penjemputan adalah perintah darurat dari Presiden Soekarno. Namun para jenderal tersebut merasa heran karena tidak ada pemberitahuan sebelumnya dan mereka telah merasa curiga.

Baca Juga: Mengenal Sosok DN Aidit, Dedengkot PKI yang Dieksekusi Karena Peristiwa G30S PKI, Kematiannya Penuh Misteri

Letjend R. Suprapto, Mayjend S. Parman, dan Brigjend Sutoyo Siswomiharjo dibawa hidup-hidup oleh Pasukan Cakrabirawa.

Sedangkan Jenderal Ahmad Yani, Mayjend MT Haryono, Brigjend DI Pandjaitan tewas di rumah masing-masing setelah melakukan perlawanan.

Satu jenderal yang lolos dari usaha penculikan tersebut adalah Jenderal AH Nasution yang melompat ke rumah tetangga.

Sayangnya, ada korban lain dari rumah Jenderal AH Nasution. Korban pertama adalah Ade Irma Suryani, puteri bungsu Jenderal AH Nasution.

Baca Juga: Mengingat Kembali Sejarah G30S PKI Secara Singkat, Peristiwa Kelam Bangsa Indonesia tentang Pengkhianatan

Korban lainnya adalah ajudan Jenderal AH Nasution yang bernama Kapten Pierre Tendean. Pierre Tendean saat itu mengaku sebagai jenderal yang dicari oleh pasukan Cakrabirawa.

Ketiga jenderal yang masih hidup, disiksa dengan sangat mengerikan di sebuah gubuk di Lubang Buaya. Sebelumnya, mereka dipaksa menandatangani surat yang berisi rencana Dewan Revolusi.

Di luar gubuk tempat mereka disiksa, terdengar nyanyian lagu-lagu khas PKI dan diiringi dengan teriakan-teriakan cemooh.

Setelah meninggal, mereka beserta jasad lainnya dimasukkan ke dalam sebuah lubang yang merupakan bekas sumur lama dan ditutup tanah serta sebuah pohon pisang ditanam di atasnya.

Baca Juga: Kenapa Disebut Lubang Buaya? Ini Asal Nama Tempat Pembuangan Jasad 7 Pahlawan Revolusi G30S/PKI

Total ada tujuh jasad yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut. Mereka adalah Jenderal Ahmad Yani, Mayjend MT Haryono, Brigjend DI Pandjaitan, Jenderal Ahmad Yani, Mayjend MT Haryono, Brigjend DI Pandjaitan, dan Kapten Pierre Tendean.

Keesokan paginya, tanggal 1 Oktober 1965 anak buah Letkol Untung mengambil alih kantor RRI (Radio Republik Indonesia) dan menyatakan PKI telah menumpas gerakan Dewan Jenderal yang hendak melakukan kudeta.

Namun hal ini dibantah oleh Mayjend Soeharto yang segera mengambil langkah taktis untuk menumpas PKI serta menghentikan gerakan PKI.

Baca Juga: Nama Nama 7 Jenderal Korban G30S PKI dan Jenderal yang Selamat dari Tragedi Itu adalah

Karena kekosongan kekuasaan di Angkatan Darat, Mayjend Soeharto mengambil alih sementara kekuatan Angkatan Darat.

Tindakan pun diambil dengan memburu yang terlibat dengan peristiwa G30S PKI dan menemukan lokasi jasad 7 Pahlawan Revolusi.

Penemuan lokasi tersebut dibantu oleh Ajun Komisaris Polisi Soekitman yang sempat diculik dan menjadi saksi kekejaman PKI pada 3 Oktober 1965.

Soekitman dibebaskan oleh PKI pada pagi hari usai penculikan tersebut terjadi tanpa ada sedikit luka.

Baca Juga: 10 Link Unduh Twibbon Peringatan G30S PKI yang Cocok Buat Status WA, Instagram dan Facebook

Jenazah 7 orang yang berada di dalam sumur dengan kedalaman 12 meter itu berhasil ditarik ke atas pada 4 Oktober 1965. Mereka disebut sebagai 7 Pahlawan Revolusi.

Pemakaman 7 Pahlawan Revolusi dilaksanakan pada tanggal 5 Oktober 1965 yang juga bertepatan dengan Hari TNI atau Hari ABRI.

Jenazah 7 Pahlawan Revolusi dimasukkan di dalam peti dan diusung di atas tank TNI. Proses pemakaman tersebut dihadiri puluhan ribu masyarakat yang memadati sepanjang jalan menuju Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Baca Juga: Profil Letkol Untung, Sosok yang Diduga Sebagai Dalang Peristiwa G30S PKI 1965

Film ditutup dengan potongan koran Berita Yudha yang menyatakan penumpasan pengkhianatan PKI disertai suara Jenderal AH Nasution yang menyatakan optimisme Indonesia akan bangkit dan jasa pahlawan akan terus dikenang.

Termasuk potongan berita penangkapan Letkol Untung komandan Cakrabirawa dan desakan masyarakat untuk pembubaran PKI.

Ringkasan film G30S PKI ini mengandung ketegangan, kesedihan dan juga adegan dramatis yang dapat menimbulkan kesan traumatis. Bimbingan orang tua diperlukan saat menonton film ini.***

Editor: Lasti Martina

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah