Adanya diskriminasi dan rasisme yang diterima oleh orang Indonesia dari pemerintah kolonial Belanda dan pendidikan mereka. Hanya orang yang kaya yang bisa melanjutkan sekolah ke Belanda.
Usai menyelesaikan di sekolah di Kwekscool Ki Hajar Dewantara kemudian melanjutkan pendidikan ke Belanda dan bekerja sebagai jurnalis.
Pada 1912, Ki Hajar Dewantara mendirikan sekolah Taman Siswa yang bertujuan untuk memberikan pendidikan dasar kepada anak-anak pribumi.
diberi nama Taman Siswa, menjadi cikal bakal pendidikan nasional Indonesia.
Dia berupaya memperjuangkan pendidikan yang lebih relevan dengan kondisi Indonesia pada saat itu dan memperkenalkan pendidikan yang berbasis pada kearifan lokal dan budaya Indonesia.
Namun, Ki Hajar Dewantara tetap bertekad untuk menyediakan pendidikan yang merdeka, merata, dan terjangkau bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama kaum pribumi.
Juga memperjuangkan hak-hak pendidikan untuk semua warga negara, tanpa memandang status sosial atau kekayaan, dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Selain itu, Ki Hajar Dewantara juga memperjuangkan pendidikan yang berbasis pada kearifan lokal dan budaya Indonesia. Ia menolak sistem pendidikan kolonial Belanda yang masih dominan pada saat itu dan memperkenalkan pendidikan yang lebih relevan dengan kondisi Indonesia pada saat itu.
Selain aktif di bidang pendidikan, Ki Hajar Dewantara juga menjadi tokoh pers Indonesia yang berpengaruh. Ia menulis artikel yang kritis terhadap penjajahan dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.