Profil Pierre Andreas Tendean, Sosok Penyelamat Jenderal A.H Nasution Dalam Peristiwa G30S PKI

30 September 2021, 15:07 WIB
Profil Pierre Andreas Tendean, Sosok Penyelamat Jenderal A.H Nasution Dalam Peristiwa G30S PKI /Buku Sang Patriot Kisah Seorang Pahlawan Revolusi

PORTAL PURWOKERTO – G30S PKI merupakan serangkaian peristiwa yang terjadi pada tahun 1965, dan menjadi sejarah terkelam dari bangsa Indonesia. Korban jiwa berjatuhan tidak hanya pada saat peristiwa itu terjadi namun setelahnya juga memakan jumlah yang tidak sedikit.

Pada malam kejadian, Pasukan Gerakan 30 September (G30S) menargetkan beberapa orang Jenderal untuk diculik dan dibunuh. Salah satu yang menjadi target mereka adalah Jenderal Abdul Haris Nasution.

Dini hari tanggal 1 Oktober 1965, pasukan Gerakan 30 September (G30S) bergerak menuju rumah Nasution untuk menculiknya. Sesampainya di rumah Nasution Pasukan G30S meminta Nasution untuk menemui mereka dan menyerahkan diri untuk dibawa.

Keributan pun tidak bisa dihindari, ajudan sang Jenderal yang saat itu sedang tidur di ruang belakang rumah Jenderal Nasution terbangun karena suara tembakan dan ribut-ribut dan segera berlari ke bagian depan rumah.

karena kondisi rumah yang gelap membuat sang ajudan ditangkap oleh gerombolan G30S karena dikira dirinya sebagai Nasution. Sedangkan Nasution berhasil melarikan diri setelah melompati pagar.

Baca Juga: Lengkap! Sinopsis G30 S PKI Beserta Tujuan, Tokoh G30S PKI dan Nama 7 Pahlawan Revolusi

Bersama 6 perwira tinggi lainnya sang ajudan lalu dibawa ke sebuah rumah di daerah Lubang Buaya. Disanalah ia ditembak mati dan jasadnya dibuang ke dalam sebuah sumur tua bersama jasad 6 perwira lainnya.

Ajudan penyelamat Jenderal Nasution itu bernama Pierre Tendean, berikut profil dan sejarah singkatnya:

  • Nama: Pierre Andreas Tendean
  • Lahir: 21 Februari 1939

Batavia, Hindia Belanda

  • Meninggal: 1 Oktober 1965 (umur 26)

Jakarta, Indonesia

  • Dimakamkan: Taman Makam Pahlawan

Kalibata

  • Pengabdian:  Indonesia
  • Dinas/cabang: ABRI, Angkatan Darat
  • Lama dinas: 1962-1965
  • Pangkat: Letnan Satu (saat kematian)

Kapten (anumerta)

  • Penghargaan: Pahlawan Revolusi

 Pierre Andreas Tendean lahir pada tanggal 21 Februari 1939 di Batavia (kini Jakarta), Hindia Belanda ayahnya bernama Dr. A.L Tendean, seorang dokter spesialis jiwa yang berdarah Minahasa, dan Cornet M.E, serang wanita Indo yang berdarah Perancis.

Baca Juga: Sejarah Lubang Buaya Saksi Peristiwa G30S/PKI dan Nama 7 Jenderal Korban Kekejaman PKI

Pierre Tendean merupakan anak tengah, kakaknya bernama Mitze Farre, sedangkan adiknya bernama Rooswidiati. Ia mengenyam sekolah dasar di Magelang, kemudian melanjutkan SMP dan SMA di Semarang kota dimana ayahnya bertugas.

Meski tidak disetujui ayahnya, Pierre Tendean berhasil bergabung dengan Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD) di Bandung pada tahun 1958. Hal ini ia lakukan untuk mewujudkan mimpi masa kecilnya menjadi seorang tentara.

4 tahun kemudian atau tepatnya tahun 1962 Pierre Tendean lulus dari ATEKAD dengan pangkat letnan dua, setelah lulus Pierre Tendean bertugas sebagai Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit Barisan di Medan.

Setahun setelahnya, ia mengikuti pendidikan di sekolah intelijen di Bogor. Setelah lulus dari sekolah intelijen dari sana, ia ditugaskan di Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat (DIPIAD) sebagai mata-mata ke Malaysia sehubungan dengan konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia, ia memimpin relawan di beberapa daerah untuk menyusup ke Malaysia.

Pierre Tendean kemudian dipromosikan menjadi letnan satu pada tanggal 15 April 1965, dan selanjutnya ditugaskan menjadi ajudan Jenderal Abdul Haris Nasution.

Tugas sebagai ajudan inilah yang menghantarkan Pierre Tendean menjadi Bunga Bangsa, ia gugur dalam peristiwa Gerakan 30 September. Setelah kematiannya Pierre Tendean dipromosikan secara anumerta menjadi Kapten.

Pierre Tendean dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Untuk menghargai jasa-jasanya, secara anumerta ia diangkat menjadi kapten.

Baca Juga: Biodata dan Profil DN Aidit, Sosok Fenomenal PKI yang Dieksekusi Tanpa Diadili

Dan pada tanggal 5 oktober 1965 Pierre Tendean dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 111/KOTI/Tahun 1965.***

Editor: Eviyanti

Sumber: Buku Sang Patriot Kisah Seorang Pahlawan Revolusi

Tags

Terkini

Terpopuler