Waspadai Cuaca Ekstrem pada Bulan Desember, La Nina Berpotensi Picu Bencana Hidrometeorologis

14 Oktober 2020, 18:42 WIB
/galamedia.pikiran-rakyat.com

PORTAL PURWOKERTO - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan pemangku kebijakan untuk mewaspadai anomali cuaca pengaruh La Nina.  Awal musim hujan disertai peningkatan akumulasi curah hujan pada Desember 2020, berpotensi menjadi pemicu terjadinya bencana hidro-meteorologis seperti banjir dan tanah longsor

"Puncak La Nina dan musim hujan diperkirakan akan berlangsung antara Desember 2020 hingga Januari 2021.  Peningkatan curah hujan seiring dengan awal musim hujan disertai peningkatan akumulasi curah hujan akibat La Nina berpotensi menjadi pemicu terjadinya bencana hidro-meteorologis seperti banjir dan tanah longsor," kata Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)  Herizal M. SI dalam keterangan tertulisnya Rabu 14 Oktober 2020.

Oleh karena itu pemerintah diminta untuk lebih optimal dalam  pengelolaan tata air terintegrasi dari hulu hingga hilir, misalnya dengan penyiapan kapasitas sungai dan kanal untuk antisipasi debit air yang berlebih.

Hingga akhir September 2020, pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudera Pasifik Ekuator menunjukkan bahwa anomali iklim La-Nina sedang berkembang.

BMKG dan pusat layanan iklim lainnya seperti NOAA (Amerika Serikat), BoM (Australia), JMA (Jepang) katanya, memperkirakan bahwa La Nina dapat berkembang terus hingga mencapai intensitas La Nina Moderate pada akhir tahun, Desember  2020 dan akan  mulai meluruh pada Januari-Februari. Diperkirakan fenomena ini akan  berakhir antara  Maret-April 2021.

"Historisnya La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia hingga 40% di atas normalnya," tambah Herizal .

Namun demikian dampak La Nina tidak seragam di seluruh Indonesia. Pada Bulan Oktober-November, peningkatan curah hujan bulanan akibat La Nina dapat terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia kecuali Sumatera.

Selanjutnya pada Desember hingga Februari 2021, peningkatan curah hujan akibat La Nina dapat terjadi di Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku-Maluku Utara dan Papua.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menghimbau agar masyarakat menyiapkan diri dan mengantisipasi kemungkinan terjadi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor.

Presiden menyatakan bahwa berdasarkan laporan yang diterima dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), curah hujan bulanan di Indonesia berpotensi naik 20 - 40 persen di atas normal akibat fenomena La Nina.

"Fenomena anomali iklim La Nina diprediksi menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi curah hujan bulanan di Indonesia sebesar 20 hingga 4O persen di atas normal,"kata Presiden dalam laman instagramnya  seperti yang dikutip Portalpurwokerto.pikiran-rakyat.com.

Sebelumya Presiden Joko Widodo,  mengingatkan  jajaran pemerintah dan masyarakat agar   bersiap menghadapi kemungkinan terjadi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor.

Berdasarkan laporan dari BMKG, Presiden Jokowi menyebutkan bahwa kenaikan curah hujan sebesar 20 sampai 40 persen  bukan kenaikan yang kecil,

"Peningkatan curah hujan di Indonesia  berpotensi terjadi bencana hidrometeorologi seperti banjir. Kondisi demikian   akan berdampak pada sektor pertanian, perikanan, dan perhubungan," terangnya.***

Editor: Eviyanti

Tags

Terkini

Terpopuler