Network
Di masyarakat Jawa tradisi Rebo Wekasan sudah dilaksanakan secara turun-temurun. Biasanya aktifitas yang biasa dilakukan dalam Rebo Wekasan berbentuk salat, berdoa dengan doa-doa khusus, selamatan, sedekah, silaturrahim, dan berbuat baik kepada sesama.
Tradisi ngaji rebo wekasan ini berawal dari anjuran Syeikh Ahmad bin Umar Ad-Dairobi dalam kitab Fathul Malik al-Majid al-Mu-Allaf li Naf’il ‘Abid wa Qam’i Kulli Jabbar ‘Anid atau kitab Mujarrabat ad-Dairabi.
Selain itu juga terdapat dalam kitab al-Jawahir al-Khams.
Namun terkait Rebo Wekasan tidak semua kalangan ulama sepakat dengan tradisi ini, seperti keputusan musyawarah NU Jawa Tengah tahun 1978 di Magelang, menegaskan bahwa salat khusus Rebo Wekasan hukumnya haram, kecuali jika diniati salat Sunah muthlaqah atau niat salat hajat.
Kemudian Muktamar NU ke-25 di Surabaya (Tanggal 20-25 Desember 1971 M) juga melarang salat yang tidak ada dasar hukumnya, kecuali diniati salat mutlaq (Referensi: Tuhfah al-Muhtaj Juz VII, Hal 317).
Meski demikian, belum ada aturan baku yang ditetapkan kapan waktu ngaji rebo wekasan dan sholat rebo wekasan dilakukan.
Baca Juga: Doa Nabi Yusuf Agar Dicintai Wanita, Tak Hanya Pria Saja yang Bisa Mengamalkan Doa ini
Meski terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama, pelaksanaan tradisi Rebo Wekasan masih bisa didapati di banyak tempat di Indonesia, seperti Cirebon, Jogja, Krueng Nagan Aceh, Banyuwangi dan tempat lainnya.***
