Sejarah Ogoh-ogoh di Hari Raya Nyepi

- 2 Maret 2022, 21:23 WIB
Sejarah Ogoh-ogoh di Hari Raya Nyepi
Sejarah Ogoh-ogoh di Hari Raya Nyepi /Pixabay/Michelle_Raponi

PORTAL PURWOKERTO - Ogoh-ogoh berasal dari Bahasa Bali, ogah-ogah yang artinya bergoyang-goyang. Ogoh-ogoh menjadi bagian dalam ritual Hari Raya Nyepi, khususnya di Bali.

Seperti apa sejarahnya? Berikut ulasannya.

Pada 1983, ogoh-ogoh di Bali mulai dibuat. Ogoh-ogoh adalah perwujudan dari Bhuta Kala, yang menggambarkan kekuatan (bhu) dan alam semesta dan waktu (kala).

Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok berukuran besar dan menakutkan atau biasa disebut rakshasa. Selain itu ogoh-ogoh juga digambarkan sebagai makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga, dan Naraka seperti gajah, naga, dan widyadari.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ogoh-ogoh adalah patung yang terbuat dari bambu, kertas, dan sebagainya berbentuk raksasa dan lain-lain yang diarak keliling desa pada hari tertentu (biasanya sehari menjelang Nyepi).

Baca Juga: Nyepi adalah hari besar agama?, Hari Raya Nyepi 3 Maret 2022, Hindu Bali Melarang Pawai Ogoh ogoh

Selain berwujud raksasa yang menakutkan, seiring perkembangan zaman, ogoh-ogoh ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal seperti pemimpin dunia, artis, tokoh agama, hingga penjahat.

Ogoh-ogoh dibuat sebagai bagian dari perayaan tahunan atau upacara pembersihan yang dilakukan sehari sebelum Hari Raya Nyepi.

Menurut cendekiawan Hindu, ogoh-ogoh melambangkan keinsyafan umat manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dahsyat. Sejak tahun 80-an, umat Hindu membawa ogoh-ogoh dengan cara mengelilingi desa dan membawa obor yang disebut Ngerupuk.

Ogoh-ogoh diarak dengan memainkan alunan gamelan khas Bali yang diberi nama Bleganjur.

Baca Juga: Hukum Puasa di Hari Raya Nyepi Upacara Keagaman Hindu, Upawasa adalah Niat Puasa 24 Jam Agar Kembali Suci

Selain itu ogoh-ogoh yang berwujud Bhuta Kala atau roh jahat yang mengganggu manusia akan dibakar sebagai bentuk pemusnahan segala hal buruk dan jahat di dunia.

Setelah arak-arakan ogoh-ogoh selesai, umat Hindu akan menjalani rangkaian Hari Raya Nyepi mulai dari amati geni atau tidak menyalakan api, amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan).***

Editor: Eviyanti

Sumber: prokomsetda.bulelengkab.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah