PORTAL PURWOKERTO – Siti Latifah Herawati Diah merupakan seorang tokoh pers atau jurnalis yang mendirikan Harian Indonesian Observer.
Herawati Diah selain sebagai jurnalis juga merupakan seorang anggota komnas pemberdayaan perempuan pada era Reformasi.
Hari ini diperingati sebagai hari kelahiran Herawati ke-105 dan dikenang melalui Google Doodle hari ini.
Siti Latifah Herawati Diah lahir di Tanjung Pandan, Belitung pada 3 April 1917.
Herawati adalah putri dari seorang dokter yang bernama dokter Latif, seorang tenaga medis di perusahaan Belanda, Billiton Maatschappij.
Ayah Herawati adalah orang asli Jawa yang besar di Kadilangu, Demak dan Ibunya adalah perempuan Aceh yang besar di Indramayu.
Herawati bekerja sebagai wartawan lepas sejak usia 22 tahun di kantor berita United Press International (UPI) dan kemudian bergabung sebagai penyiar di radio Hosokyoku.
Baca Juga: Biografi Irjen Napoleon Bonaparte, Jejak Karir dan Kiprahnya dalam Dunia Kepolisian Tanah Air
Herawati merupakan pelopor perempuan wartawan Indonesia dan juga pejuang kemerdekaan Indonesia.
Herawati menikah dengan B.M Diah pada 18 Agustus 1942, pernikahannya dianugerahi dengan 2 anak perempuan dan 1 laki-laki.
Suaminya selain sebagai seorang jurnalis juga merupakan seorang Menteri Penerangan pada tahun 1945.
Pada April 1945, Herawati dan B.M Diah mendirikan koran berbahasa Inggris bernama Harian Indonesian Observer.
Harian Indonesian Observer yang merupakan koran berbahasa Inggris pertama di Indonesia.
Melalui koran ini, mereka lantang menyuarakan ide-ide mengenai kebebasan dan kemerdekaan.
Koran ini pertama kali dibagikan dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat tahun 1955.
Ia juga menulis sebuah buku yang berjudul An Endless Journey: Reflection of an Indonesian Journalist pada 2005.
Herawati selain sebagai jurnalis, ia juga aktif mengikuti berbagai organisasi seperti Komisi Nasional (Komnas) Perempuan dan kegiatan amal yang mengangkat mengenai isu tersebut.
Di usia sepuhnya, wanita tokoh pers tiga zaman ini menghabiskan sebagian besar waktu di sebuah rumah besar di kawasan elit Taman Patra X/10, Kuningan, Jakarta Selatan.
Selain di rumah dia masih mempunyai beragam aktivitas luar rumah. yang dibantu oleh seorang sekretaris untuk mengatur berbagai pekerjaan dan aktivitasnya.
Baca Juga: Biografi KH Abdullah Syafi'i, Ulama Kharismatik dari Betawi
Seperti menghadiri rapat Komnas Perempuan, mengikuti program klub osteoporosis, atau bermain bridge.
Herawati meninggal pada usia 99 tahun tanggal 30 September 2016, di Rumah Sakit Medistra Jakarta akibat penggumpalan darah.
Ia kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, di samping makam suaminya. ***