Sepak Terjang Buya Syafii Maarif, Mantan Ketua Muhammadiyah yang Meninggal Dunia di Hari Jumat Husnul Khotimah

- 27 Mei 2022, 11:43 WIB
Sepak Terjang Buya Syafii Maarif, Mantan Ketua Muhammadiyah yang Meninggal Dunia di Hari Jumat Husnul Khotimah
Sepak Terjang Buya Syafii Maarif, Mantan Ketua Muhammadiyah yang Meninggal Dunia di Hari Jumat Husnul Khotimah /Instagram Maarif Institute

PORTAL PURWOKERTO - INNALILLAHI WA INNAILAIHIROJIUN.. Kabar duka datang dari Buya Syafii Maarif yang kerap dipanggil Buya Syafii.

Pria berusai 86 tahun ini adalah mantan ketua salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhamadiyah.

Buya Syafii menghembuskan napas terakhirnya di rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, Yogyakarta pada Jumat, 27 Mei 2022.

Dikutip dari HR. Ahmad 10:87 dan Tirmidzi no. 1074, mereka yang meninggal di malam Jumat atau hari Jumat akan mendapatkan barokah.

Baca Juga: Innalillahi! Ini Profil Buya Syafii Maarif, Ulama dan Cendekiawan Indonesia yang Hari Ini Tutup Usia

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ

Arti: Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari Jumat atau malam Jumat, melainkan Allah akan menjaganya dari fitnah (siksa) kubur.

Bahkan, salah satu tanda seorang Muslim meninggal dunia dalam keadaan husnul khotimah adalah meninggal dunia di hari Jumat.

Baca Juga: Buya Syafii Maarif Meninggal Dunia, Indonesia Kehilangan Salah Satu Ulama Progresif yang Dicintai Umat

Tanda lainnya meninggal dalam keadaan husnul khotimah adalah meninggal setelah mengucapkan syahadat laa ilaha illallah’ yang berarti tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah.

Buya Syafii Maarif yang lahir dari sebuah kampung nun jauh di Sumatera Barat menimba ilmu di madrasah Mualimin Yogyakarta.

Sempat mengecap pekerjaan sebagai wartawan di majalah Sinar terbitan Muhammadiyah dan Suara Muhammadiyah, Buya mengecap pendidikan S1 dari Universitas Negeri Yogyakarta UNY yang dahulu dikenal dengan nama IKIP.

Buya kemudian melanjutkan pendidikan ke Universitas Ohio dan mendapatkan gelar master S2.

Baca Juga: Putra Ridwan Kamil Tenggelam di Sungai Aare yang Berlokasi di Bern, Swiss Apakah Aman?

Tidak cukup di situ, Buya kemudian melanjutkan pendidikan S3 dan kembali mendapatkan beasiswa di Universitas Chicago.

Buya Syafii adalah bagian dari Three Musketeers Indonesia di Amerika Serikat bersama dengan Amien Rais dan almarhum Nurcholis Madjid.

Pemikiran Buya terpengaruh dengan pemikiran Islam pembaharu dan memilih jalan perdamaian, cinta kasih dan budaya dalam mempromosikan Islam yang rahmatan lil 'alamin alias rahmat bagi semesta alam.

Buya juga dikenal sebagai penulis buku dan sempat mendapatkan penghargaan dari pemerintah Filipina berupa penghargaan Ramon Magsaysay di bidang Journalism, Literature, and Creative Communication Arts.

Baca Juga: UPDATE! Putra Ridwan Kamil Terseret Arus Sungai Aare, Ini Kata KBRI Bern tentang Emmeril Khan Mumtadz

Buya seringkali mendapatkan cap sebagai liberal. Salah satunya karena menolak kembalinya Pancasila ke dalam Piagam Jakarta.

Buya juga memiliki pandangan yang jauh ke depan untuk kebaikan Islam dan Indonesia. Sayangnya, beberapa pemikiran ini dianggap sekuler oleh beberapa kalangan.

Tidak patah arang, Buya Syafii Maarif mendirikan Maarif Institute untuk kebudayaan dan kemanusiaan. Yayasan nirlaba ini bergerak dalam bidang kemanusiaan dan pendidikan. 

Buya juga pernah dinobatkan menjadi Presiden dari World Conference on Religion for Peace (WCRP), sebuah organisasi dunia yang menggunakan agama untuk perdamaian.

Di akhir hayatnya, Buya tinggal berdua dengan sang istri tercinta, Nurkhalifah yang telah dinikahinya lebih dari 65 tahun di Yogyakarta. ***

Editor: Lasti Martina


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah