Profil 7 Pahlawan Revolusi Korban G30S PKI, Inilah Nama-Nama Jenderal yang Diculik PKI

- 28 September 2022, 13:25 WIB
Profil 7 pahlawan revolusi korban pemberontakan G30S PKI/Kemdikbud
Profil 7 pahlawan revolusi korban pemberontakan G30S PKI/Kemdikbud /

PORTAL PURWOKERTO - Simak daftar 7 Pahlawan Revolusi korban G30S PKI, inilah nama-nama jenderal yang Diculik PKI.

Pada masa silam ada sebanyak 7 Pahlwan Revolusi Indonesia yang menjadi korban penculikan dan pembunuhan G30 SPKI.

Mereka adalah 6 Jenderal dan satu perwira pertama TNI AD yang menjadi target penculikan PKI dan kemudian dibunuh dengan cara keji karena difitnah akan melakukan makar terhadap Presiden Pertama RI Soekarno melalui Dewan Jenderal.

Adapun 7 Pahlawan Revolusi korban G30 SPKI ini dijemput secara paksa dan dibawa ke Lubang Buaya, setelah meninggal dunia jasadnya dimasukkan ke dalam sebuah sumur di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Baca Juga: Mengulas Rumah Penyiksaan Pemberontakan G30S PKI yang Jadi Sejarah Kelam di Tahun 1965

Jenazah para jenderal yang dibunuh PKI ini ditemukan di sumur tua dengan kedalaman kurang lebih 12 meter pada tanggal 4 Oktober 1965, oleh satuan Resimen Para Anggota Komando Angkatan Darat (RPKAD) di kawasan hutan karet Lubang Buaya.

Berikut ini adalah daftar 7 Pahlawan Revolusi korban G30S PKI, inilah nama-nama jenderal yang diculik PKI.

1. Jenderal Anumerta Ahmad Yani

Jenderal Ahmad Yani lahir pada 19 Juni 1922 di Jenar, Purworejo. Tepatnya pada tahun 1962, Ahmad Yani diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) dan pada 1 Oktober 1965 dini hari ia diculik dan dibunuh.

Pada masa pendudukan Jepang, ia mengikuti pendidikan Heiho di Magelang dan pendidikan tentara pada Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor.

Baca Juga: Lirik Lagu Genjer Genjer yang Dilarang Dinyanyikan Usai G30S PKI, Sejarah Lagu ini Identik dengan PKI

Setelah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, Ahmad Yani diangkat sebagai komandan di Purwokerto dan ikut terlibat dalam penumpasan pemberontakan PKI Musso di Madiun pada 1948.

2. Letjen Anumerta Raden Suprapto

Letjen Raden Suprapto ini lahir pada 20 Juni 1920 di kota Purwokerto dan ia dulu sempat mengikuti pendidikan militer di Akademi Militer Kerajaan di Bandung, tetapi terputus karena Jepang mendarat di Indonesia.

Pada masa awal kemerdekaan, Letjen Suprapto aktif merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap dan bergabung dengan TKR di Purwokerto dan ikut dalam pertempuran di Ambarawa sebagai ajudan Panglima Besar Sudirman.

Pada 1 Oktober 1965 dini hari ia diculik dan dibunuh oleh PKI dan jasadnya ditemukan di Lubang Buaya, kemudian dimakamkan di Taman Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Baca Juga: Mengenal Sosok DN Aidit, Dedengkot PKI yang Dieksekusi Karena Peristiwa G30S PKI, Kematiannya Penuh Misteri

3. Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (MT Haryono)

Lahir di Surabaya, pada 20 Januari 1924 MT Haryono di masa pendudukan Jepang ia belajar di Ika Dai Gaku (Sekolah Kedokteran) di Jakarta.

Usai proklamasi, MT Haryono bergabung dengan TKR dengan pangkat mayor. Mayjen Haryono mahir berbahasa Belanda, Inggris dan Jerman sehingga ia kerap mengikuti perundingan antara RI dengan Belanda ataupun antara RI dan Inggris.

Sama seperti dua nama jenderal sebelumnya, pada 1 Oktober 1965 dini hari, ia diculik dan dibunuh. Jasadnya ditemukan di Lubang Buaya dan kemudian dimakamkan di Taman Pahlawan Kalibata, Jakarta.

4. Letjen Anumerta Siswondo Parman

Letjen S Parman lahir 4 Agustus 1918 di Wonosobo, Jawa Tengah dan pada masa pendudukan Jepang, dia bekerja pada Jawatan Kenpeitai.

Baca Juga: Profil Letkol Untung, Sosok yang Diduga Sebagai Dalang Peristiwa G30S PKI 1965

Paska proklamasi, ia masuk TKR dan diangkat sebagai Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara di Yogyakarta. Kemudian pada Desember 1939, ia diangkat sebagai Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya.

Pada tahun 1964, S Parman diserahitugas Asisten 1 menteri/pangliman AD dengan pangkat major jenderal dan sebagai perwira AD, dia sangat mengerti seluk beluk usaha pemberontakan PKI untuk membentuk angkatan kelima.

Pada 1 Oktober 1965 dini hari, ia diculik dan dibunuh. Jasadnya ditemukan di Lubang Buaya dan kemudian dimakamkan di Taman Pahlawan Kalibata, Jakarta.

5. Mayjen Anumerta Donald Isaac Panjaitan

Mayjen D.I Panjaitan lahir pada 9 Juni 1925 di Balige, Tapanuli dan masa pendudukan Jepang, ia menempuh pendidikan militer Gyugun dan lalu ditempatkan di Pekanbaru sampai Proklamasi Kemerdekaan.

DI Panjaitan ikut membentuk TKR dan diangkat sebagai Komandan Batalyon. Pada 1948, ia menjabat Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi.

Baca Juga: Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya, Sumur Tua Saksi Bisu Sejarah Kelam G30S PKI 1965 Lalu

Sebelum akhir hayatnya, DI Panjaitan diangkat menjadi Asisten IV Menteri/Panglima AD dan mendapat tugas belajar di AS. Pada 1 Oktober 1965 dini hari, ia diculik dan dibunuh. Jasadnya ditemukan di Lubang Buaya dan kemudian dimakamkan di Taman Pahlawan Kalibata, Jakarta.

6. Mayjen Anumerta Sutoyo Siswomiharjo

Mayjen Sutoyo lahir di Kebumen 28 Agustus 1922 dan pada masa pendudukan Jepang, dia belajar di Balai Pendidikan Pegawai Tinggi di Jakarta, kemudian menjadi pegawai negeri di Kantor Kabupaten Purworejo.

Pasca Indonesia merdeka, dia ikut bergabung dengan TKR bagian kepolisian lalu menjadi anggota Corps Polisi Militer (CPM) dan lalu berkarier di CPM di Yogyakarta hingga Surakarta.

Pada 1 Oktober 1965 dini hari, ia diculik dan dibunuh dan jasadnya ditemukan di Lubang Buaya.

7. Kapten Anumerta Pierre Andreas Tendean (Ajudan Jenderal AH Nasution)

Kapten Pierre Tendean lahir pada 21 Februari 1939 di Jakarta dan ia lulus dari Akademi Militer Jurusan Teknik pada tahun 1962.

Baca Juga: Mengingat Kembali Sejarah G30S PKI Secara Singkat, Peristiwa Kelam Bangsa Indonesia tentang Pengkhianatan

Setelah lulus, Piere Tendean menjabat Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Komando Daerah Militer II/Bukit Barisan di Medan. Ia turut bertugas menyusup ke Malaysia saat Indonesia berkonfrontasi dengan negara tetangga itu.

Pada April 1965, Pierre Tendean diangkat sebagai ajudan Menteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Nasution.

Pada 1 Oktober 1965, saat rumah AH Nasution dikepung, ia turut ditangkap dan dibunuh. Jenazahnya kini dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta

Demikianlah 7 Pahlawan Revolusi korban G30S PKI, inilah nama-nama jenderal yang Diculik PKI.***

Editor: Hening Prihatini


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah