PORTAL PURWOKERTO - Kampanye dan tagar All Eyes on Papua kian menggema sejak beberapa terakhir. Apa sebenarnya makna kampanye ini?
Artikel ini ditulis untuk memberikan wawasan tentang pentingnya kampanye "All Eyes on Papua" dan situasi yang dihadapi oleh masyarakat adat di Papua. Semoga dengan meningkatnya kesadaran, akan ada langkah nyata yang diambil untuk melindungi hak-hak masyarakat adat dan lingkungan alam Papua
Di tengah gema kampanye global yang menyerukan perhatian terhadap isu-isu kemanusiaan, tagar "All Eyes on Papua" muncul sebagai seruan untuk memfokuskan pandangan dunia pada situasi di Papua. Kampanye ini berkaitan dengan konflik antara masyarakat adat Papua dan perusahaan-perusahaan besar yang mengalihkan hutan adat menjadi perkebunan sawit.
Mengapa "All Eyes on Papua"?
Kampanye "All Eyes on Papua" adalah bentuk protes dan solidaritas terhadap masyarakat adat Papua yang hak-haknya terancam oleh ekspansi perkebunan sawit. Masyarakat adat Awyu dan Moi telah kehilangan hutan mereka, yang tidak hanya merupakan sumber penghidupan tetapi juga bagian dari warisan budaya dan identitas mereka.
Baca Juga: Jawaban Debat Capres Terkait Penanganan HAM di Papua, Ini Jawaban Prabowo Subianto
Situasi Kebun Sawi dan Masyarakat Adat
Proyek Tanah Merah, yang dioperasikan oleh tujuh perusahaan, telah mengubah hutan adat Awyu menjadi perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Ini telah menyebabkan masyarakat adat merasa kehilangan tempat tinggal, sumber penghidupan, dan warisan budaya mereka.
Masyarakat adat telah menggelar aksi damai, mengenakan pakaian tradisional dan mengadakan ritual adat serta doa, menuntut pemerintah untuk menghentikan pengalihan hutan adat menjadi perkebunan sawit dan mengembalikan hak mereka.
Dampak Lingkungan dan Sosial