Indonesia Darurat Literasi: Gembira dan Kreatif Memanfaatkan Buku Bacaan Bermutu Penting Digagas

20 Maret 2023, 16:15 WIB
Ilustrasi buku. INDONESIA darurat literasi. * /Pixabay /pixabay

PORTAL PURWOKERTO- Darurat literasi yang menimpa Indonesia, bukanlah isapan jempol belaka. Pasalnya, hasil asesmen nasional yang dilakukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun 2021, menunjukkan bahwa 1 dari 2 peserta didik, belum mencapai kompetensi minimum literasi.

Di tingkat Sekolah Dasar, kompetensi minimum literasi yang masih memerlukan intervensi khusus, yaitu sekitar 18% dan hanya berkisar 4% yang telah mencapai kriteria mahir. Hasil tersebut konsisten dengan data PISA 20 tahun terakhir, yang memperlihatkan skor literasi belum mengalami perubahan signifikan. Skor literasi Indonesia, masih berada dibawah rata-rata negara OECD.

Dalam rangka menyikapi rendahnya tingkat literasi di Indonesia, Kemendikbudristek kemudian menetapkan kebijakan Program Merdeka Belajar Episode Ke-23: Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia.

Program ini melengkapi berbagai terobosan Merdeka Belajar sebelumnya, yang berfokus pada peningkatan kompetensi literasi siswa, yakni Kampus Mengajar, Program Organisasi Penggerak, serta Kurikulum Merdeka.

Baca Juga: Sekjen MPR RI Ma'ruf Cahyono dan KAFH Unsoed Purwokerto Adakan Baksos di Desa Limpakuwus Banyumas

Program Merdeka Belajar Episode Ke-23 yang bertajuk Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia ini, menyediakan lebih dari 15 juta eksemplar buku bacaan bermutu disertai dengan pelatihan dan pendampingan untuk lebih dari 20 ribu PAUD dan SD yang paling membutuhkan di Indonesia.

Selain distribusi buku dalam bentuk cetak, masyarakat dapat mengakses secara gratis melalui platform digital yang bermitra dengan Kemendikbudristek, diantaranya: budi.kemdikbud.go.id, literacycloud.org, buku.kemdikbud.go.id, serta letsreadasia.org.

Pentingnya Pelatihan dan Pendampingan
Untuk meningkatkan kompetensi literasi siswa, diperlukan kualitas pembelajaran yang baik serta difasilitasi dengan ketersediaan dan pemanfaatan buku bacaan secara tepat.

Hasil riset yang dilakukan oleh INOVASI Literacy Thematic Study tahun 2020, menunjukkan bahwa pelatihan disertai buku bacaan dipercaya dapat menaikkan nilai literasi siswa sebanyak 8% pada kemampuan membaca dan 9% pada kemampuan mendengar.

Namun, kunci keberhasilan penggunaan dan pemanfaatan buku bacaan bermutu yang telah disediakan oleh Kemendikbudristek, terletak pada kemampuan berbagai pihak dalam mengelolanya.

Pihak-pihak yang memiliki peran penting yakni kepala sekolah, guru, hingga pustakawan dalam mengelola buku bacaan bermutu tersebut dan memanfaatkannya untuk meningkatan minat baca dan kemampuan literasi siswa.

Mengelola dan Memanfaatkan Buku Bacaan Bermutu

Dalam mengelola buku bacaan bermutu, sebelumnya Kepala sekolah, guru, dan pustakawan belum mengetahui cara mengelola buku bacaan. Namun setelah diadakan pelatihan dan pendampingan, Kepala sekolah, guru, dan pustakawan kini sudah dapat mengelola buku bacaan dalam hal memajang, merawat, hingga merotasi atau menyimpannya.

Baca Juga: Banyumas Terbaik dalam Pengelolaan Sampah pada HPSN 2023, kata Bupati Kepada Mahasiswa Unsoed di Purwokerto

Kemudian dalam memanfaatkan buku bacaan bermutu, sebelumnya Kepala sekolah, guru, dan pustakawan belum mengetahui cara melakukan kegiatan membaca yang menarik dan menyenangkan.

Tetapi setelah diadakan pelatihan, pendampingan, beserta praktiknya, saat ini kepala sekolah, guru, dan pustakawan telah mampu dalam membaca nyaring, meminjamkan buku, menggunakan buku untuk kegiatan ekstrakurikuler, hingga menggunakan buku untuk melatih guru/sekolah lain.

Pelaksanaan Pelatihan Secara Berjenjang
Pada tingkat Nasional, pelatihan diadakan oleh Fasilitator dari Tim Literasi Kemendikbudristek, yang diikuti oleh 37 peserta dari Pegiat Literasi. Pada tingkat Regional, pelatihan diadakan oleh 37 fasilitator dari Pegiat Literasi, yang diikuti oleh 239 peserta dari Dinas Pendidikan, Balai Bahasa, dan Pegiat Literasi Kabupaten.

Pada tingkat Kabupaten, pelatihan diadakan oleh 239 fasilitator dari Dinas Pendidikan, Balai Bahasa, dan Pegiat Literasi Kabupaten, yang diikuti oleh 1.998 peserta Kepala Sekolah, Guru, atau Pustakawan dari 58 Kabupaten. Dari 1.998 peserta tersebut, kemudian mereka menyalurkan ilmu ke sekolah-sekolah terdekat.

Adapun PAUD dan SD yang belum mendapat pelatihan pada tahun 2022, akan dilanjutkan pada tahun 2023 melalui: Pertama, Kampus Mengajar 5, untuk 145 SD yang berada di kawasan 3T dan 1,001 SD yang memerlukan Intervensi Khusus. Kedua, ToT Widyaiswara/ Widyaprada, untuk 5,466 SD dan 5,963 PAUD 3T. Ketiga, Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah 10 dan Mitra, untuk 5,985 SD yang masih memerlukan intervensi khusus.

Baca Juga: Deretan Cafe Dekat Unsoed, Kedai Kopi Purwokerto Hits Tempat Nongkrong yang Kece

Kabar baiknya, bagi sekolah-sekolah yang belum secara langsung mendapatkan pelatihan, dapat mengakses materi pelatihan melalui Platform Merdeka Mengajar pada website guru.kemdikbud.go.id.

Dalam platform tersebut, kepala sekolah dan guru dapat belajar mengelola dengan baik buku bacaan bermutu, sekaligus menemui beragam materi dan referensi mengajar untuk menerapkan Kurikulum Merdeka di sekolah.

Gembira dan Kreatif Memanfaatkan Buku Bacaan Bermutu

Gembira dan kreatif, merupakan modal penting bagi guru dalam memanfaatkan buku bacaan bermutu. Dengan menciptakan suasana pembelajaran yang penuh kegembiraan, para siswa akan sangat terbantu dalam memahami setiap materi yang diajarkan.

Hal tersebut kemudian diperkaya dengan buku bacaan bermutu yang difasilitasi oleh Kemendikbudristek, yang tepat guna sesuai perkembangan kognitif siswa.

Beberapa sekolah telah merasakan dampak nyata dari Program Merdeka Belajar Episode Ke-23: Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia ini. Praktik baik pemanfaatan buku bacaan bermutu di sekolah, dirasakan oleh para siswa di SD Tefila Rote-Ndao Nusa Tenggara Timur. Mereka memanfaatkan buku untuk kegiatan membaca mandiri (Kokurikuler).

Baca Juga: Hebat! Alumni Peternakan Unsoed Purwokerto Belajar Industri Unggas di Eropa

Begitu juga yang dilakukan oleh siswa-siswa dari SDN 7 Kesiman, Denpasar, Bali. Mereka memanfaatkan proyektor dan platform digital untuk menggantikan big book. Hal senada juga dilakukan oleh para siswa di SDK Kalam Kudus, Merauke, Papua. Mereka memanfaatkan rak yang ada untuk memajang buku-buku sesuai jenjang baca, dengan begitu rapi.

Akhirnya, gembira dan kreatif memanfaatkan buku bacaan bermutu tidak hanya tanggung jawab sekolah saja. Di perlukan kolaborasi, kerja sama dan gotong royong dari berbagai pihak, terutama Pemerintah Daerah, komunitas, keluarga, serta orang tua.***

Artikel ini merupakan karya Dimas Rahman Rizqian yang juga editor penerbit buku Amerta Media serta mahasiswa Magister Prodi Sosiologi Unsoed Purwokerto Banyumas. 

Editor: Hening Prihatini

Tags

Terkini

Terpopuler