Memetik Keteladanan dari Frans Kaisiepo
Frans Kaisiepo merupakan Pahlawan yang mengintegrasikan Papua dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tidak banyak yang tahu siapa Frans Kaisiepo ini, seumur hidupnya dia mempersatukan Irian barat dengan Indonesia.
Frans Kaisiepo lahir di Wardo, Pulau Biak pada 10 Oktober 1921. Perjuangannya dalam mempertahankan Indonesia di tanah Papua berakhir saat usia 57 tahun, di mana dia meninggal di Jayapura, Papua, pada 10 April 1979.
Dia menikah dengan Anthomina Arwam dan memiliki tiga orang anak. Pada 12 November 1973 dia menikah dengan Maria Magdalena Moorwahyuni dari Demak, dan memiliki satu orang anak.
Pria yang memiliki jiwa pemimpin, dan dikenal cerdas, tangkas dan bijaksana ini menjadi salah satu orang yang mengibarkan bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya di Papua, pada 31 agustus 1945, di mana Belanda masih menduduki Papua.
Frans menjadi satu-satunya wakil Papua di Konferensi Malino, Sulawesi Selatan yang digelar pada Juli 1946. Pada kesempatan sama, Frans menyarankan Papua dengan sebutan Irian, dalam bahasa Biak berarti 'tempat yang panas'.
Frans Kaisiepo mendirikan Partai Indonesia Merdeka, di Juli tahun 1946, di Biak. Saat itu, Lukar Rumkorem sebagai pimpinan terpilih partai tersebut. Pada tahun 1961, setelah keluar dari penjara dia mendirikan Partai Irian.
Pahlawan yang wajahnya disematkan di uang kertas Rp10 ribu ini, pernah dipenjara pada tahun 1954 hingga 1961, karena memimpin pemberontakan pada Maret 1948, untuk memprotes pemerintahan Belanda.
Ia juga pernah menjabat sebagai Gubernur Papua antara tahun 1964-1973. Pada tahun 1972 sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat dan menjadi Dewan Pertimbangan Agung pada tahun 1977 sebagai wakil urusan Papua.