Kisah Khoirul, Paman Putri Penjual Nasi Bungkus Purworejo Lawan Penyakit Distonia: Menanti Ajal di Depan Mata

PORTAL PURWOKERTO - Khoirul (30) dan Asep (27), dua pemuda desa Tegalkuning kecamatan Banyuurip, kabupaten Purworejo mengidap penyakit langka, yakni penyakit distonia. Keduanya kini sudah kesulitan berjalan. Asep nyaris tak bisa bicara, hanya mengeluarkan suara-suara kecil jika butuh bantuan ibunya. Seharian ia hanya bisa berbaring dengan tubuh yang kaku. Kedua pemuda ini adalah paman dari Putri, remaja yang baru-baru ini viral di media sosial karena perjuangannya berjualan nasi bungkus dan merawat pamannya.

Ibu Khoirul, Sudiyem mengatakan dari delapan anaknya kini hanya empat anak yang masih hidup. Sementara empat lainnya telah meninggal dunia setelah gejala distonia muncul. Suaminya telah meninggal dunia dengan penyakit yang sama.

"Yang dua, alhamdulillah sehat. Yang dua lagi, Khoirul dan Asep ya seperti ini kondisinya. Asep sudah lumpuh, makan harus disuapi. Paling kadang dia manggil-manggil saya, kalau mau ke belakang atau mau makan," ujarnya.

Salah satu paman Putri, Khoirul yang semula masih bisa berjalan, kini mulai kesulitan. Bicara pun susah. Tapi ia tetap berupaya terus terhubung dengan dunia dengan jari telunjuk yang bisa mengetik pesan singkat di Whatsapp meski sudah kaku. "Pakai ini saya. Ketik pesan pakai satu jari telunjuk kanan, jari telunjuk kiri untuk scroll," ujarnya saat ditemui Portal Purwokerto.

Menurut Khoirul, ia mengalami kelumpuhan sejak dua tahun terakhir. Dua tahun lalu ia masih bisa berjalan dengan baik, bahkan membuat kandang ayam sendiri. Sebelum mendapatkan gejala penyakit Distonia, ia juga masih bisa bekerja di perusahaan swasta, di luar kota.

Baca Juga: Sosok Putri Salsabila Viral, Penjual Nasi Bungkus Rawat Dua Paman Lumpuh di Purworejo Ternyata Hobi Sholawat

Ingin Tetap Produktif

Khoirul, paman Putri saat ditemui tim Portal Purwokerto di rumahnya, desa Tegalkuning Purworejo.

Namun karena kondisi tubuhnya kian memburuk, akhirnya Khoirul memilih untuk pulang sembari membantu merawat Asep, adiknya. "Sekarang ternak ayam di rumah. Lumayan untuk tambah-tambah (pendapatan sehari-hari, red)," ujar Khoirul.

Dengan keterbatasan yang dialami, Khoirul masih terus berjuang untuk tetap produktif. Untuk mencapai kandang ayam yang berada di luar rumah, terkadang ia harus dipapah dan berjalan ngesot agar bisa memberi makan ayam.