Jaraknya 29,1 Km dari Purwokerto, Masyarakat Banyumas Desa Adat Ini Hidup Bagaikan di Jaman Majapahit

28 Juli 2023, 13:00 WIB
Jaraknya 29,1 Km dari Purwokerto, Masyarakat Banyumas Desa Adat Ini Hidup Bagaikan di Jaman Majapahit /

PORTAL PURWOKERTO - Jaraknya sekitar 29,1 kilometer dari pusat kota Purwokerto, masyarakat Banyumas di desa ini hidup dengan adat Kejawen layaknya berada di jaman Majapahit. Penasaran? Yuk ikuti penelusuran lengkapnya.

Memasuki desa adat ini, pemandangan berbeda tersaji di depan mata. Berbeda dengan desa lain di Kabupaten Banyumas, adat istiadat Jawa Kuno sangat kenal di sini.

Bagaikan dilempar ke masa lalu. Mulai dari pakaian, warga yang berangkat melaksanakan ritual, warga yang tidak mengenakan alas kaki, hingga berbagai bangunan adat ditemukan di desa unik ini.

Ketika melangkah ke desa ini, Anda akan merasa seperti masuk ke dalam sebuah dongeng kerajaan Jawa yang indah. Masyarakatnya begitu erat dengan adat Kejawen, hidup dan mengamalkannya setiap hari tanpa harus menunggu perayaan khusus.

Baca Juga: Terapit Bak Ngarai Sianok, Desa Terindah di Banyumas Ini Dikenal dengan Kolam Atas Gunung dan Jembatan Gantung

Bonokeling Desa Pekuncen Banyumas

Salah satu ritual Bonokeling

Desa Pekuncen terletak sekitar 3 Km di sebelah selatan pusat kecamatan Jatilawang. Desa ini menjadi salah satu tempat yang masih sangat memegang teguh Adat Bonokeling.

Pakaian tradisional Jawa menjadi gaya berpakaian sehari-hari bagi masyarakat di Komplek Bonokeling. Tempat ini terasa seperti sebuah kerajaan Majapahit dalam sebuah dongeng.

Laki-laki mengenakan udeng, ikat kepala khas Jawa, dan berbaju hitam atau tanpa baju. Sementara kaum wanitanya menggunakan kebaya dan kemben dari kain jarik, selendang putih disampirkan dibahu, berkonde, dan tidak memakai alas kaki.

Baca Juga: Surga Tersembunyi di Banyumas Berkilauan Bagai Permata Rubi di Tengah Hutan, Segarnya Bikin Tak Mau Pulang

Iring-iringan wanita di Kampung Bonokeling

Pada acara-acara, masyarakat tidak menggunakan pakaian modern seperti kaos atau kemeja, melainkan selalu mengenakan pakaian berwarna hitam dan bersarung Jawa. Namun, dalam kegiatan berat seperti kerja bakti dan berkebun, mereka menggunakan pakaian kaos untuk beraktivitas.

Rumah-rumah di komplek Bonokeling tetap mempertahankan arsitektur khas Jawa dengan atap yang rendah, kebanyakan berdesain limasan.

Melansir kanal Youtube Thedong Telu, warga komplek Bonokeling sangat menghayati kepercayaan Kejawen dan secara rutin menghaturkan doa menggunakan sesajen di depan makam leluhur.

Budaya Jawa yang kental juga tercermin dari komplek bangunan tradisional yang masih dipertahankan dan digunakan untuk acara adat, seperti Pasemuan dan Bale Malang.

Baca Juga: Unik, Ada Kolam Renang Tengah Sawah di Purwokerto hingga Menikmati Kuliner Daging dan Kopi Durian di Banyumas

Masyarakat setempat juga mempertahankan cara masak tradisional dengan menggunakan kompor tungku dan peralatan masak berbahan gerabah.

Meskipun zaman terus berkembang, masyarakat di Komplek Bonokeling tetap teguh dalam mempertahankan budaya adat Jawa yang begitu berharga bagi mereka.***

Editor: Galih Prabashinta P.P.

Tags

Terkini

Terpopuler