Warga Banyumas Keluhkan Panas Beberapa Hari Sebelum Hujan Lebat, BMKG: Matahari Ada di Atas Khatulistiwa

- 31 Maret 2021, 09:06 WIB
Fenomena Matahari Cincin Hebohkan Warga Bandung Raya Dan Cimahi
Fenomena Matahari Cincin Hebohkan Warga Bandung Raya Dan Cimahi / twitter @Saint_Youlce/

PORTAL PURWOKERTO – Hujan deras mengguyur Banyumas hari kemarin. 30 Maret 2021. pada sekitar pukul 04.30 WIB dan pukul 14.00 WIB. Ini adalah hujan yang pertama turun dalam kurun waktu beberapa terakhir setelah Banyumas dilanda cuaca panas.

Beberapa hari terakhir, suhu di Banyumas dan sekitarnya sedang tinggi. Tak sedikit warga Banyumas yang mengeluh merasakan gerah yang lebih dari biasanya.

“Sedang parah sekali panasnya,” ujar Wening, seorang warga Kalibener, Kecamatan Purwokerto Selatan.

Baca Juga: BMKG: Hari Ini Potensi Hujan Deras di Banyumas, Purbalingga dan Banjarnegara, Awas Banjir dan Tanah Longsor

“Anak saya sampai lemas, sedikit-sedikit tidur, seperti nggak ada gairah. Mungkin dehidrasi karena cuaca panas juga,” lanjutnya.

Rupanya, cuaca panas ini tak hanya dirasakan di wilayah Banyumas dan sekitarnya saja. Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pun turut mengalaminya.

“Cuaca semakin tak karuan,” kata Dyas, seorang warga Sleman pada Portal Purwokerto. “Sempat hujan, tapi itu pun seperti mesin kehabisan bensin.”

Baca Juga: Selama Januari 2021, 646 Kali Gempa di Indonesia, 3 Gempa Merusak, BMKG: Mitigasi Bencana Harus Ditingkatkan

Cuaca panas ini bukan tanpa sebab. Menurut Analis Cuaca BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung, Cilacap, Rendi Krisnawan, cuaca panas ini salah satunya disebabkan oleh posisi matahari yang bergeser ke belahan Bumi utara.

“Saat ini, bulan Maret, posisi gerak semu matahari sudah bergeser ke arah belahan Bumi utara. Posisinya sekarang sedang berada di sekitar atas khatulistiwa,” ujar Rendi kepada Portal Purwokerto, Selasa, 30 Maret 2021.

Gerak semu matahari yang sedang berada di atas wilayah Indonesia rupanya turut mempengaruhi kenaikan suhu secara umum menjadi lebih panas dari biasanya.

Baca Juga: Aksi Balap Liar di Bobotsari, Purbalingga Dibubarkan, Sejumlah Pemuda Lari Tunggang Langgang, Motor Disita

Gerak semu matahari adalah pergerakan semu matahari yang seolah-olah bergerak dari selatan ke utara dan kembali ke selatan setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena Bumi mengelilingi matahari dengan poros yang miring, sehingga terkadang bagian Bumi yang condong ke matahari adalah Kutub Utara dan Kutub Selatan secara bergantian.

Selain itu, Rendi juga menjelaskan bahwa saat ini hembusan angin sedang tidak terlalu kencang. Hembusan angin yang kecepatannya rendah juga mempengaruhi cuaca panas tersebut.

Masih menurut Rendi, kini hujan juga sudah mulai berkurang maka tutupan awan juga semakin sedikit.

Baca Juga: Lakukan Studi Komparatif, Karang Taruna Banyumas Sambangi Kartar Dipo Ratna Muda Bantul

Saat ini, suhu maksimum siang hari bisa mencapai 33 derajat Celcius, sementara di malam hari berkurang hingga 24-25 derajat Celcius. Kelembaban juga tergolong tinggi, membuat hawa menjadi semakin gerah.

Rendi juga menjelaskan bahwa akhir Maret ini sudah dimulai masa transisi ke musim kemarau, atau yang juga dikenal dengan musim pancaroba.

“Kemungkinan akhir Maret ini hingga April sampai awal Mei. Nanti di bulan Mei, Juni, dan Juli sudah mulai masuk musim kemarau, namun belum ada rilis resmi dari Stasiun Klimatologi Semarang, jadi ini masih perkiraan,” tutur Rendi.***

 Baca Juga: Bibit Siklon Tropis Muncul di Samudra Hindia, Waspada Potensi Cuaca Ekstrem Terjadi Seminggu Ini

 

Editor: Dyah Sugesti Weningtyas

Sumber: BMKG


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x