Baca Juga: Susu Kental Manis Sebabkan Stunting, Cek Kandungan Dalamnya
“Tanpa kerja terpadu dari OPD terkait, stakeholder dan seluruh elemen masyarakat saya kira sangat sulit mencapai target yang telah ditentukan itu,” jelasnya lagi.
Kepala Bapeddalitbang Banyumas Kristanta menambahkan bahwa penanganan stunting pada 2022 dilakukan dengan memilih 15 desa lokus dengan 29 indikator sebagai penentunya.
Desa lokus yang dijadikan fokus tersebut diampu oleh setiap OPD yang terlibat penanganan stunting.
Namun masih ada kendala yang dihadapi dalam penanganan angka stunting di Kabupaten Banyumas.
"Masih kurangnya edukasi terkait KB, rendahnya (pemberian) ASI ekslusif, belum semua balita imunisasi lengkap, akses air bersih belum maksimal, serta rumah tangga yang mengolah limbah masih rendah, pernikahan dibawah umur masih tinggi," terang Kristanta.
Selain Kabupaten Banyumas, ada 15 wilayah lain di Jawa Tengah yang turun angka prevalensi stuntingnya.
"Provinsi Jawa Tengah menduduki urutan 15 (20,8%) di bawah Provinsi Sulawesi Utara yang berada pada posisi 14 dengan prevalensi sebesar 20,5%, sedangkan prevalensi balita stunting yang paling rendah se - Indonesia terdapat di Provinsi Bali sebesar 8,0% di bawah prevalensi nasional sebesar 21,6%, sedangkan angka prevalensi stunting tertinggi terdapat pada Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 35,3 %," jelas Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, dokter Novita Sabjan, M.M.
Penurunan prevalensi stunting tertinggi sebesar 10,9% diraih oleh Kota Semarang, meski demikian ada 20 kabupaten/kota yang mengalami kenaikan kasus stunting pada tahun 2022.***