PORTAL PURWOKERTO - Ngga punya kerjaan ? punya modal tapi terbatas, tak punya ketrampilan khusus , atau hanya tamatan sekolah dasar, tapi ingin usaha dengan keuntungan lumayan ?
Ayo berburu ilmu di kampung lalat Desa Sokawera Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas Jawa Tengah
Di kampung tersebut terdapat 50 dari 200 kepala keluarga yang memelihara lalat untuk diambil maggot atau baletungnya.
Mestinya bayangan kita Sokawera merupakan desa yang kotor dan bau. Sebab lalat adalah serangga yang suka pada yang kotor dan bau.
Ternyata Desa Sokawera itu bersih, tak ada sampah keluarga menumpuk bahkan udaranya segar.
Baca Juga: Blusukan ke Bantaran Sungai Ciliwung, Mensos Risma Ingin Mengubah Nasib Pemulung
Karena yang dipelihara adalah lalat tentara hitam bahasa kerennya Black Soldier Fly (BSF), lalat tersebut penghasil larva atau belatung atau maggot.
Kenapa dipilih lalat BSF, karena berbeda dengan lalat lainnya, BSF hanya menyukai makanan dari sampah yang bersih.
Lalat ini disebut tidak memiliki parasit di tubuhnya yang bisa ditularkan ke manusia.
Pendamping Kampung Lalat Sarbusmi (Serikat Buruh Muslim Indonesia) Akbar menyebutkan, berdasarkan hasil peneliti pakar serangga, di dunia terdapat kurang lebih 800 jenis lalat. Sebagian besar mengandung patogen, kecuali lalat tentara hitam.
Banyak ditemukan di alam baik di sampah sampah, namun lalat BSF hanya hinggap pada sampah yang bersih yang tidak mengandung kuman. Makanannya bisa sisa makanan rumah tangga.
“Lalat ini juga bisa diundang dari alam, dengan sampah organik atau makanan kita yang tidak habis. Dari beberaap jenis lalat yang berkerumun, diantaranya ada lalat tentara hitam itu bisa kita tangkap dan budidayakan,” terangnya.
Baca Juga: Bye WNA! Indonesia Tutup Pintu Bagi Turis Asing di 2021, Cegah Masuk Varian Baru Virus Covid-19
Lalat tentara hitam bernilai ekonomi tinggi sekaligus sebagai solusi persoalan limbah rumah tangga,seperti makanan sisa.
BSF mampu menghasilkan telur larva atau telur maggot. Harga telur magot cukup menggiurkan di pasaran harganya dibanderol Rp 10 juta per kilogramnya atau Rp 10.000 per gram. Di toko online bahkan ditawarkan Rp 13.000 hingga Rp 15.000 per gramnya.
Taufik peternak lalat tentara hitam warga setempat mengaku, sudah beberapa kali jual telur magot meski masih dalam ukuran gram perhari tapi sangat membantu keluarganya.
Dijualnya gampang karena ada yang menampung.
Selain telur, maggotnya dalam bentuk belatung laku keras. Untuk pakan ternak unggas, burung kicauan, ikan hingga pupuk. Nilai proteinnya tinggi sehingga menunjang sektor peternakan.
Baca Juga: Alamak, Enam Kabupaten Zona Merah Tutup Total Wisata Tahun Baru, Cegah Klaster Covid 19 di Jateng
Bahkan Akbar saat ini sudah menjual dalam bentuk maggot kering hingga camilan maggot. Rasanya enak, sama dengan ikan teri nilai proteinnya tinggi.
Lalu bagaimana cara memproduksi telur maggot
Kata Taufik lalat mengalami metamorfosa seperti kupu kupu, dari telur menjadi maggot pupa kemudian lalat atau BSF.
Saat jadi maggot makannya sangat rakus, sehingga menjadi solusi sampah organik.
Langkah pertama adalah kandang bisa gunakan strimin atau jaring plastik, bisa beli ditoko pancing atau toko pertanian. Pastikan lubangnya rapat agar lalat tidak kabur.
"Bentuk kandang yang penting rapat ada pintu keluar masuk tapi lalatnya tidak kabur," katanya.
Idealnya tinggi kandang direkomendasikan 3 meter, taruh kandang di tempat yang dapat sinar matahari, kalau di dalam ruangan lalat malas bertelor
Siapkan tanaman di dalam kandang, agar lalat bisa bertengger. Siapkan tiga box bisa lebih sesuai kebutuhan.
Baca Juga: Bye WNA! Indonesia Tutup Pintu Bagi Turis Asing di 2021, Cegah Masuk Varian Baru Virus Covid-19
Box digunakan untuk meletakkan pupa lalat, box untuk menaruh pancingan lalat BSF untuk bertelur. Ada box untuk menetaskan telur atau box ke tiga.
Untuk menarik lalat agar bertelur, box ketiga diletakkan terasi, bau terasi menarik lalat untuk mendekat.
Jika sudah bertelur, bisa ditetaskan menjadi BSF atau dikembangkan untuk budidaya maggot, potensi pasarnya juga tinggi, atau dijual. Siap mencoba ??