Mitos Malam 1 Suro bagi Orang Jawa, Cek Pantangan dan Larangan pada Malam Ini Ternyata Ada yang Menarik!

29 Juli 2022, 10:37 WIB
Mitos Malam 1 Suro bagi Orang Jawa, Cek Pantangan dan Larangan pada Malam Ini! /https://jatengprov.go.id/Kabupaten Batang

PORTAL PURWOKERTO - Mitos malam 1 Suro bagi orang Jawa ternyata dapat ditelusuri hingga ratusan tahun yang lalu.

Malam 1 Suro dipercaya oleh masyarakat Jawa sebagai malam dimana makhluk mistis bertebaran.

Bahkan, sebelum adanya kerajaan Mataram Islam, malam 1. Suro dipercaya sebagai malam dimana Aji Saka berhasil mengusir Raksasa.

Aji Saka adalah salah satu legenda keberadaan pulau Jawa. Konon, Aji Saka adalah seorang raja yang menemukan pulau Jawa dan menciptakan kalender Saka yang ditulis berdasarkan peredaran matahari.

Baca Juga: 30 Juli 2022 Hari Apa? Tahun Baru Jawa 1 Suro 1956 Ja dan Tahun Baru Islam 1444 H, Ini Peristiwa Penting Lain

Kalender Saka disebut juga sebagai kalender yang digunakan berdasarkan sistem kalender Hindu.

Keberadaan pulau Jawa konon asalnya hanya dihuni oleh makhlus halus, sebelum dihuni oleh manusia.

Bahkan keberadaan makhlus halus ini disebut memangsa manusia yang datang ke pulau Jawa.

Pemimpin para makhlus halus tersebut adalah seorang raksasa yang dikenal dengan nama Prabu Dewata Cengkar.

Baca Juga: TERBARU! 10 Gambar Poster Tahun Baru Islam 2022 1 Muharram 1444 H, Cocok Dibagikan ke Media Sosial

Aji Saka dipercaya dapat mengalahkan Prabu Dewata Cengkar dan kemudian mendirikan kerajaan manusia pertama di pualu Jawa yang disebut kerajaan Medang Kamulan.

Cerita ini menimbulkan beragam mitos malam 1 Suro bagi orang Jawa yang hingga kini dipercaya sebagian orang.

Mitos malam 1 Suro dipercaya adanya kehadiran genderuwo, kuntilanak, dan makhluk halus lainnya yang pernah diusir oleh Aji Saka, hadir kembali.

Sehingga ada beberapa pantangan atau larangan yang diterpkan agar manusia tidak mendapatkan musibah dari kehadiran makhluk halus tersebut.

Baca Juga: Kalender Jawa 30 Juli 2022, Weton dan Neptu pada 1 Suro sesuai Tanggalan Jawa, Cek Peristiwa Penting Hari Ini

Diantaranya adalah tidak boleh keluar rumah setelah matahari terbenam. Dipercaya akan mendapatkan musibah apabila nekat keluar malam. 

Tidak hanya pada malam 1 suro, tapi pada keseluruhan bulan Suro juga dilarang melakukan kegiatan besar, misalnya pernikahan, pindah rumah, renovasi, dan sebagainya.

Untuk menghindari adanya keburukan, maka dilakukan seragam ritual untuk menolak bala atau menolak keburukan. 

Melakukan siraman alias mandi pada malam 1 Suro. Bukan sembarang mandi, namun merupakan ritual yang dilakukan di luar rumah tanpa ada atap.

Baca Juga: Pengertian Malam Satu Suro, Asal Kata dan Daerah Mana Saja yang Merayakannya

Biasanya, bagi perempuan mengenakan kemben saat melakukan ritual ini. Air mandi yang digunakan juga dicampur dengan aneka bunga.

Hitungan mengguyur air ke badan juga memiliki hitungan khusus yang masing-masing memiliki arti untuk mensucikan tubuh, hati, dan pikiran.

Tujuan mandi malam 1 Suro ini adalah agar Tuham memberikan belas kasih dan pertolongan kepada yang bersangkutan.

Selain mandi, salah satu ritual penting adalah Tapa Mbisu alias mengontrol ucapan yang keluar dari mulut agar hanya mengucapkan yang baik saja. 

Baca Juga: 15 Link Twibbon 1 Muharram 1444 Hijriyah Desain Menarik Rayakan Tahun Baru Islam dengan Bagikan Ini ke Medsos

Tidak boleh mengucapkan hal-hal negatif yang sekiranya akan dapat membuat celaka diri sendiri maupun orang lain.

Menyiapkan sesaji bunga dalam wadah berisi air bening ini tidak dapat dilewatkan. Biasanya bunga yang digunakan adalah mawar merah, mawar putih, melati, kantil, kenanga.

Di masyarakat Jawa yang masih memegang kuat tradisi, membakar kemenyan juga merupakan hal yang rutin dilakukan pada malam satu Suro.

 

Jamasan pusaka alias memandikan pusaka menjadi salah satu ritual penting pada malam satu Suro.

Baca Juga: Amalan Bulan Muharram, Amalan Sunnah Nabi Muhammad SAW dan Keutamaan Bulan Muharram

Pusaya yang dimiliki masyarakat biasanya berupa keris. Sedangkan keraton Surakarta dan keraton Yogyakarta memiliki pusaka yang lebih banyak dan lebih berharga.

Misalnya kereta kencana, keris, tongkat, tombak, dan lain sebagainya menjadi bagian dari pusaka keraton.

Air bekas memandikan pusaka kerajaan ini seringkali menjadi rebutan masyarakat sekitar karena dianggap merupakan berkah.

Ritual bulan Suro masih dilakukan oleh dua kerajaan besar di pulau Jawa, yaitu di keraton Solo(Surakarta) dan keraton Yogyakarta.

Baca Juga: 90 Link Twibbon 1 Muharram 2022, Menyambut Tahun Baru Islam 1444 H

Di keraton Surakarta misalnya, malam satu Suro biasanya dirayakan dengan mengadakan kirab atau berjalan kaki melintasi daerah tertentu secara berombongan.

Di dalam kirab ini selain membawa benda pusaka, juga dibawa hewan simbolis yaitu kebo bule yang menjadi pengawal jalannya kirab.

Kebo Bule yang mengikuti kirab malam satu Suro di Keraton Surakarta ini dipercaya sebagai keturunan kebo bule yang telah dimiliki pihak keraton selama ratusan tahun lalu.

Baca Juga: Rahasia Cantik Yuni Shara, Tidak Perlu Pakai Biaya Mahal, Cukup Oleskan Tanaman Ini ke Muka

Sebenarnya, malam satu Suro identik dengan kebudayaan Jawa dan juga masyarakat yang beragama Islam.

Tidak mengherankan karena kata Suro ternyata memiliki akar kata dari tradisi Islam yaitu perayaan Asyura yang jatuh pada tanggal 10 Muharram dalam kalender Islam.

Perayaan Asyura bertepatan juga dengan puasa Asyura yang merupakan salah satu ibadah puasa sunah yang banyak dilakukan umat Islam.

Malam satu Suro sering diidentikan dengan awal bulan Muharram yang merupakan bulan pertama dalam kalender Islam.

Baca Juga: 20 Ucapan Tahun Baru Islam 2022, 1 Muharram 1444 H Penuh Haru Bisa Dibagikan ke Media Sosial

Pengertian malam satu Suro kental berada dalam kebudayaan Jawa karena adanya kerajaan Mataram Islam, terutama di bawah pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma.

Raja yang berkuasa pada 1593 - 1645 Masehi ini mencoba menggabungkan tradisi Jawa dengan agama Islam.

Salah satunya dengan mengganti kalender Saka yang biasa digunakan masyarakat Jawa pada saat itu dan dihitung berdasarkan peredaran matahari.

Kalender Saka diganti dengan kalender Hijriah khas Islam yang memiliki penanggalan berdasarkan peredaran bulan.

Baca Juga: Slebew Artinya Apa? Viral Dipopulerkan Jeje Ikon Citayam Fashion Week Benarkah Berbau Vulgar

Perbedaan dalam masyarakat tersebut coba disatukan oleh Sultan Agung. Salah satunya dengan menggunakan bulan Suro yang keramat bagi masyarakat Kejawen Jawa sebagai bagian dari bulan Muharram.

Meskipun berhasil menyatukan satu bulan penting berbeda nama ini, namun beberapa tradisi Jawa Kejawen masih kuat melekat dalam perayaan bulan Suro.

Mitos malam 1 Suro bagi orang Jawa masih diikuti oleh sebagian orang yang meyakininya. Bahkan apabila keraton mengadakan kirab, banyak orang memadati lokasi.

Namun, mitos malam 1 Suro bagi orang Jawa lainnya telah diabaikan dan memilih merayakan pergantian bulan ini dengan cara lain. Tanpa sesajen dan kemenyan, namun menggelar pagelaran wayang hingga dini hari.***

Editor: Lasti Martina

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler