Apa Itu Agama Kejawen? Mengenal Sebuah Tradisi Kepercayaan Leluhur di Tanah Jawa

- 7 Agustus 2021, 18:17 WIB
Apa itu agama kejawen? Mengenal sebuah tradisi kepercayaan leluhur di tanah Jawa.
Apa itu agama kejawen? Mengenal sebuah tradisi kepercayaan leluhur di tanah Jawa. /Instagram.com/KerisNusantara

PORTAL PURWOKERTO - Kepercayaan pada kehadiran Sang Pencipta banyak ditafsirkan dengan banyak cara dan arti oleh masyarakat. Selain aliran kepercayaan yang disebut Agama, juga terdapat aliran kepercayaan lain.

Sadar atau pun tidak, bagi masyarakat yang berada di Pulau Jawa telah menerapkan salah satunya yaitu Kejawen.

Kejawen merupakan sebuah kepercayaan yang dianut oleh suku Jawa dan suku bangsa lainnya yang menetap di pulau Jawa.

Baca Juga: Fadhilah Bulan Muharram, Keutamaan Bulan Muharram

Meski dianggap sebagai kepercayaan, kejawen hakikatnya adalah suatu filsafat atau pandangan hidup. Ajaran ini menekankan pada tata krama yang menjadi dasar hubungan antar manusia.

Kejawen hanyalah sebuah ajaran yang ada jauh, bahkan sebelum agama monotheis masuk ke Indonesia. Banyak hal yang diajarkan orang tua maupun guru, sedikit banyak juga mengadopsi ajaran dari Kejawen.

Kejawen sendiri dipercaya muncul akibat adanya akulturasi nilai dan pandangan dari agama-agama pendatang yang masuk ke pulau Jawa dan kepercayaan asli dari masyarakat Jawa itu sendiri.

Baca Juga: Amalan Bulan Muharram Sesuai Anjuran Nabi Muhammad SAW

Ciri khas utama dari Kejawen ini adalah terdapat perpaduan Animisme, agama Hindu dan Budha, bahkan juga seluruh agama di Indonesia.

Secara etimologi ‘Kejawen’ berasal dari kata ‘Jawa’, sehingga kejawen dapat diartikan dengan segala sesuatu yang berkenaan dengan Jawa, seperti adat dan kepercayaan.

Hal ini dibuktikan dari naskah-naskah kuno Kejawen, terlihat bahwa Kejawen lebih berupa kegiatan adat istiadat, ritual, seni, sikap, budaya, dan filosofi orang Jawa.

Baca Juga: Meme PPKM Level 4 Lucu Buatan Warganet Lengkap dengan Kepanjangan PPKM Lucu dan Unik Banget

Semua hal tersebut pada dasarnya tidak pernah terlepas dari aspek spiritualitas dari masyarakat Jawa yang mempraktikannya dalam tindakan sehari-hari.

Pada umumnya mereka (suku Jawa) yang menganut kejawen dalam praktik keagamaannya entah itu Hindu, Budha, Kristen, atau Islam akan cenderung lebih taat.

Kejawen juga hidup dan berdampingan dengan agama yang dianut oleh pengikutnya. Ajaran ini akan selaras dengan agama apa saja yang saat ini dianut pengikutnya.

Baca Juga: Puasa Muharram 2021 Jatuh Pada Tanggal Berapa di Bulan Agustus 2021? Simak Amalan Bulan Muharram Sesuai Sunnah

Hingga pada akhirnya muncul apa yang dinamakan dengan Islam Kejawen, Kristen Kejawen, serta Hindu Kejawen.

Akan tetapi para penganut kejawen ini dalam praktik keagamaannya akan tetap mempertahankan jati dirinya sebagai orang Jawa.

Hal ini dikarenakan pada dasarnya ajaran Kejawen yang dianut oleh masyarakat Jawa mendorong untuk para penganutnya percaya akan eksistensi dari Tuhan.

Baca Juga: Satu Muharram 2021 Kapan? Puasa Sunnah Muharram 2021 Dilaksanakan Tanggal Berapa?

Masyarakat Jawa telah mengenal konsep keesaan Tuhan atau monoteisme sejak sebelum kedatangan agama-agama pendatang ke tanah Jawa.

Hal ini terdapat pada salah satu konsep ajaran Kejawen yang sering dikenal dengan ‘Sangkan Paraning Dumadhi’ atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan asal dari semua kejadian atau kehidupan.

Kemudian ‘Manunggaling Kawula Lan Gusthi’ yang dalam bahasa Indonesia kurang lebih artinya adalah kesatuan antara hamba dan Tuhan.

Baca Juga: Biodata dan Agama Aditya Prayoga Serta Perjalanan Karir Sang Pemilik 5 Rumah Makan Gratis Tanpa Syarat Apapun

Konsep kesatuan di sini tidak berarti Tuhan itu sendiri, melainkan bahwa manusia itu adalah bagian dari Tuhan sang pencipta alam semesta dan seisinya.

Dari konsep ini, ajaran kejawen memiliki tujuan agar setiap mereka yang menganut dapat menjadi:

  1. Mamayu Hayuning Pribadhi (rahmat bagi diri sendiri atau pribadi)
  2. Mamayu Hayuning Kaluwarga (rahmat bagi keluarga)
  3. Mamayu Hayuning Sasama (rahmat bagi sesama manusia)
  4. Mamayu Hayuning Bhuwana (rahmat bagi alam semesta)

Poin-poin tersdebut membuat ajaran Kejawen tidak terpaku pada aturan-aturan yang ketat dan lebih berfokus pada konsep tentang keseimbangan kehidupan.

Mereka yang menganut Kejawen hampir tidak pernah melakukan perluasan ajaran tapi lebih untuk membuat pembinaan secara rutin.***

Editor: Dedi Risky Rachma Wanto

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x