Network
PORTAL PURWOKERTO - Berikut ini adalah contoh khutbah Idul Adha yang menyentuh hati, dibacakan pengkhotbah berasal dari Kyai NU.
Selalu mengharukan dan menyentuh hati setiap kita mendengar isi khutbah setiap Lebaran Idul Adha, yang menceritakan tentang awal mula ibadah qurban.
Kisah Nabi Ibrahim AS dan putranya Nabi Ismail AS. biasanya menjadi tema khutbah setiap Idul Adha. Yang telah memberikan contoh teladan yang sempurna dalam menjalankan ibadah kepada Allah.
Hari Raya Idul Adha 2023 merupakan momen yang menyentuh hati dan mengharukan. Disaat itu umat Islam di dunia berkumpul dan mengenang kisah yang penuh keimanan dan ketakwaan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Simak di sini khutbah idul adha 2023 menyentuh hati singkat padat dan mengharukan dikutip dari NU online
Baca Juga: Contoh Khutbah Idul Adha 2023 Tema Hikmah Berkurban yang Singkat Padat untuk Keluarga
Khutbah
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا
وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ
وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ
بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ
والحَسَنَاتُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ
وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وِعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في
أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ .وقال ايضا : وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ
مَنِ ٱسْتَطَا عَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَن كَفَرَ فَإِ نَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنِ ٱلْعَٰلَمِينَ
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan kita kesempatan untuk berkumpul di tempat ini pada hari yang penuh berkah ini, hari raya Idul Adha. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW,
Ketika Ibrahim AS menerima perintah dari Allah untuk menyembelih putranya, Ismail AS, rasa kepatuhan dan ketakwaannya kepada Allah melebihi segalanya.
Ia siap mengorbankan apapun yang dicintainya, termasuk nyawanya sendiri, karena keimanan dan kepercayaannya yang teguh kepada Allah.
Namun, Allah dengan rahmat-Nya menggantikan Ismail AS dengan seekor domba sebagai kurban yang patut disembelih.
Kisah ini mengajarkan kepada kita betapa pentingnya ketakwaan dalam hidup kita. Ketakwaan bukanlah sekadar tindakan lahiriah semata, melainkan sikap hati yang tulus dan ketaatan yang mendalam kepada Allah.
Ketakwaan membutuhkan keimanan yang kokoh, kesabaran yang tinggi, dan kesediaan untuk mengorbankan apapun yang Allah perintahkan kepada kita.
Tidak hanya pada hari raya Idul Adha, tetapi setiap saat dalam kehidupan kita, kita harus menghayati dan memaknai qurban.
Qurban bukan sekadar menyembelih hewan, tetapi juga mengorbankan nafsu dan keinginan kita yang berlebihan demi mendekatkan diri kepada Allah.
Qurban adalah pengorbanan yang mengajarkan kita untuk menjadi hamba yang tawadhu', mengendalikan hawa nafsu, dan memperhatikan sesama.
Melalui ibadah qurban, kita juga mengingatkan diri kita tentang haji, salah satu rukun Islam yang wajib bagi yang mampu.
Haji adalah perjalanan spiritual yang mengharuskan kita meninggalkan segala harta dan kedudukan duniawi, menuju Baitullah yang merupakan rumah Allah di Makkah.
Dalam perjalanan ini, kita merasakan kesederhanaan, persaudaraan, dan ketaatan yang menyatukan jutaan umat Islam dari berbagai belahan dunia.
Ketakwaan bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan jalan yang membawa kita menuju kebahagiaan dan keberkahan dari Allah.
Nabi Ibrahim telah mengajarkan kepada kita untuk selalu bersyukur atas segala nikmat-Nya, mengasihi sesama, dan melaksanakan perintah-Nya dengan sepenuh hati.
Ada banyak sekali sisi kesalehan keluarga Nabi Ibrahim yang dapat kita teladani. Di antaranya adalah hal-hal sebagai berikut.
Diantaranya Nabi Ibrahim sangat kuat memegang teguh akidah dan syariat. Allah ta'ala berfirman:
مَاكَانَ اِبْرٰهِيْمُ يَهُوْدِيًّا وَّلَا نَصْرَانِيًّا وَّلٰكِنْ كَانَ حَنِيْفًا مُّسْلِمًاۗ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ (آل عمران: ٦٧)
Artinya Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, melainkan dia adalah seorang yang memegang teguh Islam. Dia bukan pula termasuk (golongan) orang-orang musyrik.” (QS Ali ‘Imran: 68)
Saudaraku yang terkasih, marilah kita renungkan makna dan pesan yang terkandung dalam kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.
Mari kita perkuat ketakwaan kita kepada Allah, mengorbankan nafsu dan keinginan yang menghalangi kita dari jalan-Nya, serta memperbaiki hubungan kita dengan sesama manusia.
Semoga Allah menguatkan iman kita, menjadikan kita hamba-Nya yang bertakwa, dan mengampuni dosa-dosa kita. Semoga hari raya Idul Adha ini membawa kebahagiaan, kedamaian, dan berkah bagi kita semua.
Sebagai umat Muslim dapat meneladani kesalehan Nabi Ibrahim AS dengan menjaga teguh akidah, tidak tergoda oleh godaan dan kesesatan, serta mempertahankan keimanan yang kokoh kepada Allah semata.
Contoh tawakal sepenuhnya kepada Allah tanpa meninggalkan ikhtiar.
Hal itu tercermin pada peristiwa di mana Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail yang masih bayi di Makkah yang tandus dan tiada sumber air.
Karena takwa dan tawakal yang tertanam kuat di hati Ibrahim dan Hajar, akhirnya Ibrahim meninggalkan keduanya karena menjalankan perintah Allah, dan Hajar rela ditinggal di tempat itu.
Setelah penantian yang begitu panjang, akhirnya Allah mengaruniakan kepada Ibrahim seorang putra yang kemudian diberi nama Ismail. Putra yang sangat dicintainya itu setelah tumbuh menjadi seorang remaja, Ibrahim diperintahkan Allah untuk menyembelihnya.
Dengan ketundukan yang total kepada Allah, Ibrahim bersegera menjalankan perintah itu tanpa ada keraguan sedikit pun. Sang putra juga menyambut perintah itu dengan kepasrahan yang total tanpa ada protes sepatah kata pun.
Masya Allah!. Sebuah potret keluarga saleh yang lebih mengutamakan perintah Allah dibandingkan dengan apapun selainnya. Ayah dan anak saling menolong dan menyemangati untuk melaksanakan perintah Allah.
Saudara umat Muslim sekalian Yang dirahmati Allah, Kita juga harus tunduk dan patuh kepada perintah-perintah-Nya, menjauhi segala bentuk syirik, dan menjaga integritas dalam perkataan dan perbuatan kita.
Semoga kita dapat mengambil pelajaran berharga dari kesalehan Nabi Ibrahim AS dan menjadikannya inspirasi dalam menjalani kehidupan sebagai hamba yang bertaqwa kepada Allah SubnaallahuWata’ala.
Akhirnya kita berdoa, semoga Allah menganugerahkan kepada kekuatan untuk meneladani kesalehan Nabi Ibrahim dan Keluarganya Amin Ya Rabbal’alamin
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Allahu Akbar (3x) walillahilhamdu.***
