Network
PORTAL PURWOKERTO - Hukum daging kurban dijual banyak ditanyakan oleh masyarakat. Pasalnya, pada praktek di lapangan, tidak jarang ada yang menjual daging kurban hasil sembelihan pada hari raya Idul Adha maupun hari-hari Tasyrik. Uang hasil penjualan daging kurban ini tentu dapat digunakan untuk beberapa hal lain.
Pembahasan mengenai pembagian daging kurban sebenarnya cukup longgar. Dalam hadis disebutkan bahwa pembagian daging kurban adalah sepertiga untuk shohibul kurban atau orang yang berkurban, sepertiga untuk fakir miskin, dan sepertiga lainnya dapat dihadiahkan kepada kerabat, tetangga, dan sahabat dekat.
Di Indonesia, tidak jarang seseorang atau sebuah keluarga mendapat pembagian hewan kurban, padahal keluarga tersebut misalnya tidak memakan daging, tidak suka makan daging ataupun mendapatkan daging yang terlalu banyak. Sehingga tak jarang ketika mendapatkan pembagian darikurban, daging tersebut malah dijual.
Baca Juga: Cara Membersihkan Daging Kurban Ala UGM Universitas Gadjah Mada Jogja
Bukan hanya daging, namun seringkali tidak ada yang mau mengambil bagian kepala dan kulit dari hewan kurban. Sehingga mungkin ada panitia kurban yang berinisiatif untuk menukarkan bagian dari hewan kurban dalam bentuk daging ataupun uang. Rencananya, uang tersebut dapat dipergunakan untuk kas masjid. Namun ternyata hal ini tidak diperbolehkan.
Pertama, panitia kurban, termasuk yang menyembelih kurban tidak boleh mendapatkan upah berupa daging kurban. Kecuali sudah ada akad sebelumnya bahwa panitia kurban akan dianggap sebagai shohibul qurban alias orang yang berkurban. Sehingga bagian yang diberikan kepada panitia merupakan bagian dari shohibul kurban.
Kedua, menjual daging kurban dilarang. Hal ini terlihat dari hadis yang menyebut Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu,
