13 Januari dalam Sejarah: Aksi Heroik Arland Williams di Kecelakaan Naas Pesawat FLA90

- 14 Januari 2021, 20:43 WIB
Harian The Washington Post memberitakan kecelakaan pesawat di Sungai Potomac.
Harian The Washington Post memberitakan kecelakaan pesawat di Sungai Potomac. /The Washington Post/Facebook U.S. COAST GUARD Newsfeed unofficial

PORTALPURWOKERTO - Tiga puluh sembilan tahun lalu, tepat pada 13 Januari 1982, sebuah kecelakaan naas terjadi di Washington DC, Amerika Serikat.  Sebuah pesawat Boeing 737-222 dari Air Florida mendadak terjun bebas ke Sungai Potomac.

Kecelakaan ini rupanya disebabkan oleh cuaca buruk. Pesawat dengan nomor penerbangan 90 ini jatuh tak jauh dari White House atau Istana Kepresidenan Amerika Serikat.

Pesawat Air Florida penerbangan 90 atau pesawat FLA90 ini berangkat dari Washington National Airport di Arlington, Virginia dengan membawa 74 penumpang dan 5 orang awak kabin.

Baca Juga: Dua Hari Diguyur Hujan Deras, Banjir dan Tanah Longsor Melanda Lima Kecamatan di Cilacap

Sebelumnya, pesawat ini telah terbang dari Miami dan harus kembali ke Fort Lauderdale di Florida. Namun, saat itu Washington sedang diselimuti salju, mengakibatkan bandara harus ditutup sementara hari itu.

Ketika bandara dibuka kembali, pesawat FLA 90 telah dicairkan esnya dengan menggunakan bahan kimia anti-beku. Namun demikian, pesawat tersebut masih kesulitan untuk bergerak menuju gerbang karena esnya belum sepenuhnya mencair.

Pada akhirnya, ketika pesawat telah mencapai gate, mereka diharuskan menunggu lagi selama 45 menit untuk menunggu aba-aba lepas landas.

Baca Juga: Jembatan Rusak di Linggapura – Bumiayu, Ini Skema Jalur Perjalanan Kereta Api yang Diterapkan PT KAI

Sang pilot, Larry Wheaton, tak ingin menunda penerbangan lebih lama. Ia memutuskan untuk tidak mengulangi pencairan es, dan lebih buruk lagi, sistem pencairan es otomatis yang ada di pesawat, tak ia nyalakan.

Ketika pilot dan co-pilot mendiskusikannya, co-pilot sebenarnya sudah menyarankan untuk tak memaksakan lepas landas. “Percuma saja kita mencairkan esnya. Itu cuma memberikan rasa aman palsu,” ujarnya.

Larry Wheaton memutuskan untuk tidak mendengarkan saran dari co-pilotnya. Ternyata, ia tak bisa lagi menunda penerbangan karena terdapat pesawat lain, 4 kilometer jauhnya, tengah menuju landasan pacu yang sama.

Sementara itu, dalam masa pesawat Air Florida 90 menunggu aba-aba lepas landas, sayap pesawat mulai diselimuti oleh es. Hari itu, Washington diselimuti salju dengan cuaca yang begitu dingin, di bawah titik beku, hanya minus 4 derajat celcius.

Baca Juga: Tembus di Atas Angka Kematian Covid Dunia, Banyumas Skrining 4000 Komorbid dan Lansia di 80 Desa

Ketika pesawat bergerak mendekati ujung landasan pacu, mereka hanya bisa terbang setinggi beberapa ratus meter. Tiga puluh detik setelah tinggal landas, pesawat Air Florida 90 terjun bebas menuju Jembatan 14th Street yang berada di atas Sungai Potomac. Jaraknya tak sampai satu kilometer dari landasan pacu bandara.

Pesawat Air Florida 90 tak hanya menabrak jembatan dan jatuh ke sungai, mereka juga turut serta menghantam enam mobil dan sebuah truk yang ada di atas jembatan. Akibatnya, tak hanya penumpang dari pesawat tersebut yang menjadi korban. Sebanyak empat orang terkena cedera fatal yang mematikan, satu orang terkena cedera berat, dan tiga orang luka-luka ringan.

Di sisi lain, sebanyak 73 orang dari total 79 orang yang ada di pesawat, meninggal di tempat. Enam orang yang selamat terapung di sungai dengan air yang dingin membeku.

Baca Juga: Syekh Ali Jaber Meninggal Hari Ini, Ustad Yusuf Mansur: Doakan Beliau Dengan Sholat Ghaib

Hari itu hari Rabu. Lalu lintas Washington sedang sibuk-sibuknya. Hal ini membuat upaya penyelamatan menjadi terhambat. Enam orang yang selamat masih terjebak di sungai yang dingin. Para saksi mata tak tahu apa yang harus dilakukan.

Beruntung, sebuah helikopter polisi datang dan segera memulai operasi penyelamatan yang amat berisiko. Aksi dramatis ini kemudian akan memunculkan dua orang pahlawan.

Tersebutlah Arland Williams, seorang korban selamat yang masih terapung. Ketika helikopter penyelamat mengulurkan tali penyelamat, ia justru mengoper talinya kepada penumpang lain yang lebih lemah darinya. Tidak sekali, tidak dua kali, tetapi lima kali.

Arland Williams Jr.
Arland Williams Jr. Facebook U.S. COAST GUARD Newsfeed unofficial

Ironisnya, salah satu penumpang yang ia operi tali juga hampir tak mampu bertahan. Priscilla Tirado terlalu lemah untuk menggapai tali helikopter. Lenny Skutnik, seorang saksi mata yang mengamati di tepi sungai akhirnya memutuskan untuk melompat dan menyelamatkannya.

Ketika helikopter kembali terakhir kalinya untuk Arland Williams, bagian ekor pesawat yang masih di atas permukaan sungai tiba-tiba bergerak dan tenggelam, menyeret Arland Williams dalam pusaran.

Dalam tragedi ini, Arland Williams adalah satu-satunya penumpang yang meninggal karena tenggelam.

Baca Juga: Syekh Ali Jaber Wafat di Usia 44 Tahun dan Dinyatakan Negatif Covid-19, Berikut Profil Lengkapnya

Sebagai penghargaan, Williams dan Skutnik bersama seorang saksi mata lain bernama Roger Olian yang turut membantu proses penyelamatan menerima Medal Emas Penyelamatan Diri dari Coast Guard. Tak hanya itu, jembatan yang berada di atas Sungai Potomac kemudian berganti nama menjadi Jembatan Memorial Arland D. Williams Jr.

Arland D. Williams Jr. diabadikan dalam lagu Sarah Hickman bertajuk “Last Man in the Water”.***

 

Editor: Dyah Sugesti Weningtyas

Sumber: History


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x