Cair, Program PKH Kemensos, Waktunya Pas Saat Harga Kebutuhan Naik

5 Januari 2021, 14:37 WIB
Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) menyambut suka cita karena peluncuran bantuan tunai oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Senin 4 Desember 2021 /Kemensos/

PORTAL PURWOKERTO - Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) menyambut suka cita karena peluncuran bantuan tunai oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Senin 4 Desember 2021 waktunya sangat tepat seiring dengan kebutuhan pangan yang semakin meningkat dan anak-anak yang mulai sekolah daring lagi.

 "Alhamdulillah kalau memang sudah bisa dicairkan. Waktunya pas banget dengan anak-anak masuk sekolah," kata KPM PKH dari Kecamatan Purwojati, Kabupaten Banyumas, Siti Soliyah (45), Selasa 5 Desember

Ia mengatakan libur semester sudah berakhir dan anak-anak mulai masuk sekolah hari ini. Kendati sekolah berlangsung daring dan sudah ada bantuan pulsa dari pemerintah, namun uang PKH tetap diperlukan untuk membeli kebutuhan pangan sehari-hari.

"Namanya anak-anak makannya pasti banyak. Uang PKH bisa untuk beli beras, telur atau ikan. Biar kami kondisinya pas-pasan, tapi gizi anak-anak harus diperhatikan," kata ibu tiga anak ini.

Seorang ibu penerima PKH Irmi Yusnita (43) menyambut dengan gembira penyaluran PKH. "Mudah-mudahan penyalurannya sampai ke masyarakat bisa berjalan lancar dan Covid-19 cepat selesai supaya saya bisa berdagang lagi," katanya.

Perempuan yang tinggal dia Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat ini mengaku sejak pandemi Covid-19 ia sangat menggantungkan pemenuhan kebutuhan sehari-hari pada bantuan pemerintah. Ia bersyukur mendapat PKH dan Program Sembako.

"Alhamdulillah kehidupan kami terbantu dengan adanya dua bantuan ini. Tiap bulan bisa beli beras dengan Kartu Sembako. Tiap tiga bulan bisa beli kebutuhan sekolah anak-anak dengan uang PKH," katanya.

Irmi mengatakan sebelum pandemi Covid-19 ia berjualan nasi uduk dan nasi ulam di depan rumah milik saudaranya dimana ia dan keluarga menumpang hidup.

 

"Sejak ada Covid-19 saya terpaksa tutup. Kalau dulu penghasilan kotor bisa dapat Rp300--500 ribu per hari, sekarang sulit sekali. Harga cabe, ikan, telur di pasar makin naik. Kalau saya naikkan harga nasi bungkus ya nggak ada yang beli," tuturnya.

Kehidupan menjadi makin sulit bagi Irmi karena ia harus menjadi pencari nafkah utama. Sejak Covid-19 merebak, suaminya yang bekerja sebagai buruh serabutan hanya bekerja sesekali.

"Sekarang saya kerja mengasuh anak dari keponakan saya, memasak, nyetrika, dan mencuci baju. Saya kerja dari pagi sampai sore. Alhamdulillah sebulan dapat penghasilan Rp1 juta," katanya seraya berharap pandemi Covid-19 segera teratasi sehingga ia bisa berjualan kembali.

Editor: Eviyanti

Sumber: Kemensos

Tags

Terkini

Terpopuler