PORTAL PURWOKERTO – Rahmat Erwin Abdullah meraih medali perunggu bagi Indonesia dari cabang angkat besi kategori putra 73 kg.
Lifter asal Makassar Rahmat Erwin Abdullah yang masih berusia 20 tahun ini berhasil melakukan total angkatan 342 kg. Dengan snatch 152 kg, lalu clean and jerk 190 kg.
Rahmat menjadi posisi pertama di Grup B. Setelah disandingkan dengan Grup A, dia berhasil menjadi juara ketiga.
Baca Juga: Rahmat Erwin Abdullah, Sumbang Medali Ketiga Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020
Siapa Rahmat Erwin Abdullah, dia merupakan besar dari keluarga lifter Indonesia. Ayahnya, Erwin Abdullah juga seorang atlet angkat besi. Dia pernah menyumbangkan medali perah pada Asian Games 2002 di Busan, Korea Selatan.
Sedangkan sang ibu, juga merupakan atlet angkat besi, Bernama Ami Asun Budiono, yang meraih medali di Sea Games tahun 1995.
Dia mulai olahraga di kelas satu sekolah dasar, dan menjadi serius di sekolah menengah pertama.
“Saya mulai berlatih sejak kecil karena saya sangat bangga dengan ayah saya. Awalnya saya dilatih oleh ibu saya dan itu berlangsung selama hampir satu tahun sampai ayah saya mengambil alih. Ibuku lebih tenang, ayahku lebih tegas,” ujarnya seperti dikutip dari olympics.com.
Rahmat mulai debutnya pada Sea Games 2019. Saat itu dia langsung memberikan medali emas bagi Indonesia pada kelas 73 kg.
Berikut Biodata dan profil lengkap Rahmat Erwin Abdullah lifter Indonesia:
Nama panjang: Rahmat Erwin Abdullah
Tempat lahir: Makassar
Tanggal Lahir: 13 Oktober 2000
Usia: 20 tahun
Tinggi: 158 cm
Berat badan: 72 kg
Orang tua: Erwin Abdullah (ayah)
Ami Asun Budiono (Ibu)
Bahasa: Indonesia
Nama klub: PABBSI Sulawesi Selatan [Indonesia]
Pelatih: Dirdja Wihardja, Erwin Abdullah
Instagram: @rahmaterwin_
Facebook: rahmat.prokayoga
Sejak kecil Rahmat tidak hanya berlatih angkat besi, namun juga berlatih tinju. Karena sang kakek adalah seorang petinju. Rahmat pernah akan beralih ke olahraga tinju, saat mengalami cedera pinggang pada tahun 2015. Kala itu, dokter menyarankan dia untuk menjalani operasi tetapi dia memilih fisioterapi sebagai gantinya.
Namun, tekadnya kuat untuk tetap menjalani olahraga angkat besi seperti orang tuanya. Ayah dan ibunya selalu menjadi penyemangat dia untuk terus maju dan berprestasi di cabang olahraga angkat besi.***