PORTAL PURWOKERTO – Kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 8 halaman 247, makna ungkapan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk.
Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 8 halaman 247, tentang makna ungkapan dalam novel. Novel yang dipilih adalah Ronggeng Dukuh Paruk.
Pembahasan makna ungkapan yang ditemukan dalam Ronggeng Dukuh Paruk ini untuk menjawab soal Bahasa Indonesia kelas 8 halaman 247.
Kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 8 halaman 247 ini bisa dijadikan referensi siswa dalam belajar mengenai ungkapan dan artinya.
Pembahasan kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 8 halaman 247 tentang ungkapan dalam novel merupakan kolaborasi dengan Muhammad Iqbal, S.Pd alumni UIN Jogja.
Kegiatan 9.6 B. Ungkapan dan artinya dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk.
1. Perempuan adalah bubu yang bila sudah dipasang hanya bisa menunggu ikan masuk.
Bubu = wanita yang menunggu laki-laki.
2. Emak sudah mati, ketika hidup ia secantik Srintil, tampilan emak bagai citra perempuan sejati.
Citra perempuan sejati = kecantikan seorang perempuan
3. Srintil berlari seperti pipit dikejar alap-alap
Dikejar alap-alap = berlari dengan cepat
4. Dalam kerimbunan daun-daunnya yang sedang dipagelarkan harmoni alam.
Harmoni alam = keindahan alam
5. Namun api dan kesumat telah menunjukkan keangkuhannya di dukuh Paruk.
Api dan kesumat = dendam
6. Di bawah lengkung langit yang megah Nyai Sakarya beserta cucunya merasa menjadi semut kecil yang merayap-rayap di permukaan bumi, tanpa kuasa dan tanpa arti sedikit pun.
Lengkung langit = di bawah langit
Semut kecil = makhluk hidup
7. Dasar ronggeng, pandangan matanya tak dapat kutantang.
Dasar ronggeng = ungkapan untuk Srinthil
8. Dia tidak lebih utama daripada daun jati kering; melarat, mengemis, dan menggelandang.
Jati kering = miskin, tidak punya apa-apa
Ada baiknya siswa dan orang tua dapat mengeksplorasi jawaban soal makna ungkapan dalam buku Bahasa Indonesia kelas 8 halaman 247 dengan lebih baik. Portal Purwokerto tidak bertanggung jawab atas kesalahan jawaban.
Itulah kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 8 halaman 247, makna ungkapan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk.***