Awalnya, tinggal di sini menyenangkan. Banyak anak seusia Tika yang menemaninya bermain. Namun, lama-kelamaan Tika merasa kecewa.
Ternyata, air bersih masih sulit didapat. Air di sini berwarna agak kuning. Setelah hujan turun, airnya agak bening.
Tapi, begitu dibiarkan semalaman, akan ada benda kuning yang melayang di dalam air. Kata Bunda, itu namanya parak.
Kata Bunda lagi, walaupun berwarna kuning, para warga menggunakan air itu untuk kepentingan sehari-hari, misalnya memasak, mencuci, dan mandi.
“Bun, tinggal di sini tidak enak, ya. Lebih enak tinggal di kota,” ujar Tika. Bunda tersenyum mendengar keluhan putrinya.
“Siapa bilang tidak enak? Nanti Tika akan dapat kejutan di tempat ini.” Hari Minggu ini Ayah tampak sibuk di halaman belakang bersama seorang lelaki muda.
Ayah lalu memperkenalkan Tika pada lelaki muda itu, yang ternyata bernama Bang Mursali, tetangga di sebelah rumah.
Kata Bang Mursali, air di desa ini memang berwarna agak kuning. Tapi, para warga punya cara agar air kuning itu menjadi bening.