Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 Halaman 84 SMP Melanjutkan Cerpen Sepatu Butut dengan Bebas

- 12 Oktober 2023, 06:44 WIB
Ilustrasi. Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 Halaman 84 SMP Melanjutkan Cerpen Sepatu Butut dengan Bebas.*
Ilustrasi. Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 Halaman 84 SMP Melanjutkan Cerpen Sepatu Butut dengan Bebas.* /Pexels / Vietnam Photographer/

Hari yang kunantikan pun tiba, segera aku bersiap menjalankan misiku. Kulihat Andi sedang tidak ada di rumah.

Kelanjutan cerpen:

Sementara Andi sedang pergi, aku melihat ke arah sepatu butut itu yang ditaruh di sudut dekat pintu. Sepatu itu sudah sangat usang dan membuatku malu jika harus bersamanya di sekolah. Aku tahu ini adalah tindakan kasar, tetapi aku merasa harus melakukannya untuk kebaikannya.

Aku meraih sepatu butut itu dengan hati-hati dan perlahan-lahan bergerak menuju tempat sampah di halaman belakang rumah. Hatiku berdegup kencang karena tindakan curang ini, tetapi aku terus maju. Tiba di tempat sampah, aku meletakkan sepatu itu di dalam keranjang sampah dan menutupnya dengan hati-hati.

Setelah menyelesaikan tugas ini, aku kembali ke dalam rumah dan berpura-pura seperti biasa. Ketika Andi pulang, dia mencari-cari sepatunya yang hilang. Aku berusaha keras untuk tidak menunjukkan ekspresi yang mencurigakan, dan aku berpura-pura bingung.

"Dik, apa kamu melihat sepatuku?" tanyanya padaku.

Aku menggelengkan kepala dan berbohong, "Maaf, Andi, aku belum melihatnya. Mungkin kamu meletakkannya di tempat lain?"

Andi terlihat sangat bingung dan khawatir. Dia mencari-cari sepatunya di seluruh rumah, tapi sepatu itu tidak bisa ditemukan. Aku merasa bersalah, tetapi aku tahu bahwa ini adalah kesempatan baginya untuk mendapatkan sepatu yang lebih layak.

"Kenapa tidak kamu minta mama dan papa untuk membelikanmu sepatu yang baru?" usulku saat melihat dia bingung, dia akhirnya setuju dengan usulku.

Beberapa hari kemudian, Andi mendapatkan sepatu baru yang lebih layak dan keren. Dia sangat senang dengan hadiah itu dan tampak lebih percaya diri di sekolah. Aku merasa lega bahwa keputusanku, meskipun kasar, akhirnya membantu dia mendapatkan sepatu yang lebih baik.

Kami terus berjalan ke sekolah bersama-sama, tetapi sekarang, aku tidak merasa malu lagi berjalan bersamanya. Aku belajar sebuah pelajaran berharga bahwa sejatinya nilai seseorang tidak bisa diukur dari sepatu atau penampilan, melainkan dari dukungan dan persahabatan yang tulus.

Halaman:

Editor: Hening Prihatini


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah