Network
PORTAL PURWOKERTO -Ratna (nama samaran), seorang anak usia 14 tahun berasal dari sebuah desa di Kabupaten Rembang, mengaku ketakutan ketika ia dipaksa oleh orangtuanya untuk menikah.
Kala itu ia masih bocah baru duduk di kelas 2 sebuah sekolah setingkat SMP. Ratna benar-benar belum mau menikah. Ia masih ingin melanjutkan sekolah, ingin berteman, masih ingin bermain dengan anak seusianya.
Namun kemiskinan telah menjebaknya, Orangtua Ratna adalah keluarga miskin. Kondisi ini membuat mereka saat itu langsung menerima saja lamaran dari seorang juragan kapal yang ingin meminang anak gadisnya, dengan tawaran mahar sebesar Rp 150 juta.
Baca Juga: WNI Bakal Bisa Pergi Umroh Lagi
Ratna masih beruntung dipertemukan dengan orang orang yang peduli dengan kasus kasus pernikahan bocah, Mereka tergabung dalam Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) di Rembang.
Salah satunya adalah Abdul Baastid, pendampingan Puspaga, pada kasus Ratna, Abdul Baastid katanya, semula kedua orang tua Ratna mengaku, anaknya dan calon suaminya sudah pacaran. Namun saat ditelisik lebih jauh, Ratnayang masih anak anak ternyata ragu untuk menikah. Ia masih ingin bersekolah.
"Kami juga berusaha mengetahui apakah pernikahan itu karena paksaan ataukah hal-hal tertentu lainnya," kata Abdul Baastid, saat menjadi pembicara di webinar "Gerakan Bersama Jo Kawin Bocah: Upaya Pencegahan Perkawinan Anak di Jawa Tengah", Rabu (18/11/2020).
Dalam kegiatan yang digelar kerjasama antara Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Jawa Tengah, Kantor Perwakilan UNICEF Wilayah Jawa, Yayasan Setara, dan didukung kalangan akademisi Abdul Baasatid mengungkapkan mengenai kabar mahar Rp150 juta.
Baca Juga: MV BLACKPINK x Selena Gomez Tembus 400 Juta Tayangan, YG Entertainment Rayakan Kesuksesan
