Network
PORTAL PURWOKERTO- Viral Rafathar roasting sang ibu, Nagita Slavina, setelah memberikan minuman bekas ia incip ke pegawainya. Pro kontra atas perilaku tersebut pun merebak di media sosial.
Netizen terbelah antara pro dan kontra atas perilaku Nagita Slavina yang sering kali membagikan minuman dan makanan sisa ia icipi kepada para pegawainya.
"Kenapa sih setiap makanan atau minuman punya asistennya, sebelum dikasih pasti dicobain dulu," tulis akun aisitinurh*****.
"Netizen ga tau kah Mama Gigi kalau sudah dekat sama orang suka makan bareng, kadang disuapin dari tangan Lala kalau Lala lagi makan tandanya dia sudah dekat sama mama Gigi," tulis akun Sugar*****
Baca Juga: Di Masjid 17 Purwokerto, Rektor UMP Jadi Khotib Sholat Idul Fitri 2024, Sampaikan Hal Ini
Menjadi 'Norma' Bagi Nagita Slavina
Pengamat perilaku yang juga Dosen Psikologi UMP Purwokerto, Herdian, mengatakan, perilaku membagikan makanan setelah dicicipi bisa dipandang wajar atau tidak secara norma.
"Jika ini adalah perilaku yang sering dilakukan dan konsisten dalam berbagai situasi, mungkin menjadi 'norma' bagi Nagita dan orang-orang di sekitarnya, sehingga lebih mungkin dianggap wajar," katanya kepada Portal Purwokerto.
Sebagai informasi, perilaku Gigi, sapaan akrab Nagita, mencicipi makanan dan minuman tersebut telah berlangsung sejak ia masih muda, sesuai pengakuan Mama Rieta, ibu Nagita Slavina, dalam wawancara di sebuah podcast.
Baca Juga: Misteri Bapak Ibu Kandung Lily Anak Adopsi Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, Netijen Bocorkan Hal Ini!
Herdian menjelaskan, perilaku ini bisa berkaitan dengan perasaan kontrol dan otonomi atas lingkungannya serta bisa menunjukkan aspek dinamika kekuasaan dan hierarki.
"Dengan memilih dan mencicipi makanan, Nagita mungkin merasa dia memiliki kontrol atas apa yang dia konsumsi dan bagikan, yang mungkin penting baginya dalam konteks sosial dan pribadi," jelasnya.
Dosen UMP ini juga menegaskan, seperti semua perilaku manusia, motif Nagita Slavina yang sebenarnya saat memberikan makanan dan minuman sisanya kepada pegawainya, bisa jadi kompleks dan multifaset serta mencerminkan interaksi dari banyak faktor psikologis dan sosial. ***
