PORTAL PURWOKERTO - Wadah besar berisi singkong rebusan itu baru saja diangkat oleh Suwaryan, lalu dipindahkan ke dalam wadah lain untuk ditumbuk (dihancurkan).
Kemudian ditambahkan gula pasir secukupnya, pria yang akrab disapa Waryan itu dengan cekatan menumbuk singkong sampai hancur. “Jangan terlalu lembut, agar tekstur singkongnya masih berasa,” kata Bariyah, istrinya.
Di bagian lain, Bariyah tak kalah sibuk memarut kelapa hingga menjadi ampas. Ampas ini kemudian diberi garam secukupnya hingga tercampur rata.
Baca Juga: 7 Kuliner Purwokerto yang Legendaris dan Enak, Nomer 5 Banyak Diminati
“Ampas ini sebagai taburan di atas singkong yang sudah menjadi gethuk itu tadi. Jangan lupa menikmati getuknya ditemani secangkir teh atau kopi, biar rasanya lebih mantap,” tambahnya.
Begitulah rutinitas keseharian di rumah pasangan suami istri pengusaha getuk singkong merk ‘Nylekitho’ di Jalan Wahidin, Gang Buntu, Kelurahan Sidakaya, Kecamatan Cilacap Selatan.
“Saya meneruskan usaha Mbah Sawinem, nenek saya sejak 1980. Eman-eman (sayang) kalau tidak dilanjutkan karena sudah banyak pelanggannya,” ujar Bariyah membuka cerita.
Lanjut Bariyah, gethuknya memiliki cita rasa khas pedesaan yang menjadi daya tarik para konsumen.
Baca Juga: 7 Kuliner yang Tak Boleh Dilewatkan Saat Berkunjung ke Purwokerto
Mbah Sawinem awalnya berjualan di lapak jajanan di area Pasar Buntu, Kabupaten Banyumas.