Lorong-lorong panjang yang menyatukan antar gedung juga menjadi ciri khas komplek sekolah tersebut.
Kweekschool masa pendidikan 3 tahun dan Normaalschool masa pendidikannya 5 tahun merupakan sekolah setingkat SMP, SMA Negeri 5 masih terawat.
“Rata rata bangunan lumayan, namun bagian utara yang masuk kedalam lingkungan SMP Negeri 3 Purwokerto telah habis total menjadi bangunan baru, ini sangat disayangkan" terangnya.
Sekolah tersebut dibangun semasa Belanda, untuk mendidik calon guru bantu dan guru sekolah dasar dari kalangan pribumi.
“Mereka juga kelak yang akan melahirkan para pemikir-pemikir Indonesia,” tutur Jatmiko.
Sejarah pendidikan di Kota Purwokerto erat hubungannya dengan politik etis yang pernah diberlakukan pemerintah Hindia Belanda sebagai konsekuensi dari penerapan tanam paksa.
Kebijakan itu muncul dan diterapkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch, setelah perang Diponegoro yang membuat Belanda hampir bangkrut.
Ditambahkan, Purwokerto kala itu menjadi kota baru yang bergeliat terkoneksi dengan jalur kereta api lembah Serayu pada tahun 1896.
Tidak seperti sekolah-sekolah untuk orang-orang Eropa, pembangunan gedung-gedung sekolah di untuk pribumi wilayah Purwokerto baru mulai dibangun pada tahun 1920 an.