Maraknya Peredaran Video Viral Asusila, Dosen Psikologi UMP, Ugung Dwi Ario: FOMO Jadi Salah Satu Faktornya

9 Juni 2021, 17:22 WIB
Ilustrasi video asusila. /Pixabay/Royan B


PORTAL PURWOKERTO - Baru-baru ini link video viral kakak adik di hotel jadi buruan warganet yang membuat kueri pencarian tinggi di mesin pencari.

Link video viral kakak adik ini dinilai menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian orang. Video tersebut merupakan satu dari begitu banyak link video viral asusila.

Link video viral ini beredar luas di dunia maya yang mungkin dapat meresahkan sebagian orang lainnya.

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Dr Ugung Dwi Ario Wibowo MSi mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan masifnya peredaran video tersebut.

Baca Juga: Link Video Viral Kakak Adik, Video 19 Detik Viral di Media Sosial Banyak Dicari, Ini Kata Psikologi

"Dalam konteks penyebaran itu kan rata-rata, kita ingin jadi orang pertama kali menjadi sumber berita dengan begitu dapat komen dan like yang banyak.

Juga ada respon dari orang-orang sekitarnya yang juga menunggunya, jadi trending topik bagi orang lain," kata Ugung pada Tim Portal Purwokerto, Rabu, 9 Juni 2021.

Ia juga mengatakan bahwa orang-orang yang menyebarkan atau menonton video-video tersebut bisa jadi karena rasa ingin tahu.

Baca Juga: Link Video Viral 16 Menit Kakak Adik di Hotel Menyebar di Tiktok Usai Geger Video Kebun Teh Kemuning

"Yang kedua, ada (faktor) curiosity atau rasa ingin tahu yang tinggi. Kita tidak mau menjadi orang yang kudet. Kita ngga mau disebut ndeso atau kurang update atau sesuatu yang lain yang kemudian kita malu kalau tidak tahu apa yang terjadi," lanjutnya.

Terkait faktor kedua ini, Ugung menyebut istilah FOMO atau Fear of Missing Out yang merupakan rasa takut ketinggalan atau tidak update tentang sesuatu.

"Yang ketiga adanya ketakutan untuk menjadi tidak populer, tidak tahu. Itu yang membuat kita malah jadi penyebar dan kadang-kadang terjadinya penyebaran hoaks karena itu juga. Ada sesuatu, dia tidak cari (informasi yang benar), dia share," katanya.

Baca Juga: Mekanisme Tarik Dana Haji 2021, Bagi Jemaah yang Sudah Pelunasan

Selain itu, orang yang sering kali merekam video asusila terkait dirinya, bisa juga termasuk exhibisionisme.

"Dalam psikologi ada yang namanya exhibisionism. Jadi orang-orang tertentu suka untuk dilihat dalam posisi setengah telanjang atau untuk diberi label sexi atau cantik, putih.

Exhibisionis ini juga dapat memicu orang untuk merekam atau memvideo entah untuk kepentingan pribadi atau kemudian dia share ke media yang dimiliki hanya untuk mendapat komentar dari followernya atau yang bisa menjadikannya trending topic misalnya," jelasnya.

Baca Juga: Syarat CPNS 2021, Setelah Kini Berubah menjadi CASN 2021

Ugung juga menerangkan bahwa penyebaran video asusila bisa jadi terkait dengan unsur kriminalitas.

"Ada pula unsur lainnya seperti unsur kriminalitas yang memang mengambil keuntungan dari video asusila itu," terangnya.

Ketika gadget on hand seperti masa saat ini, Ugung menambahkan, bisa menjadi faktor pendukung bagi warga untuk mengakses konten tersebut secara sengaja ataupun tidak.

Baca Juga: Ini Syarat Pendaftaran CPNS 2021, Siapkan Dokumen dan Berkas dari Sekarang

"Seperti saat ini dimana banyak kegiatan dilakukan dengan gadget, hape, seakan-akan mau tidak mau mengoperasionalkan gadget.

Saat gabut (tidak ada kegiatan) mau tidak mau kita membuka hape, entah itu nyecroll Instagram atau nonton video di YouTube. Dengan intensitas seperti itu, saat ada yang viral otomatis ingin mengakses juga apalagi gadget ditangan kita," terangnya.

Menurutnya, observasi dan pengawasan orang tua di rumah menjadi faktor penting agar anak-anak tidak terpapar video yang tidak dikehendaki.

Baca Juga: RUU KUHP Pasal Penghinaan Presiden - DPR Ditentang Banyak Pihak, Ini Kata Guru Besar Pidana UNSOED Purwokerto

"Anak dibawah umur dengan kemampuan berpikir dan kedewasaan yang rentan tidak dapat disalahkan sepenuhnya, maka parenting dan orang tua menjadi penanggung jawab nomer satu di rumah karena rumah adalah lingkungan primer apalagi kalau masih anak-anak.

Orang tua harus bertanggung jawab untuk mengobservasi pergerakan dan pengetahuan anak sehingga bisa melakukan banyak antisipasi," katanya.

Baca Juga: Harta Gus Yaqut Naik 10 Miliar Lebih Sejak Menjabat Menag, Twitter Trending Tagar 1Koma6MiliarPerBulan

Ia menegaskan bahwa belajar parenting bagi orang tua dapat membuat mereka bisa tahu apa yang harus dilakukan ketika menghadapi permasalahan anak termasuk terkait video viral asusila karena tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua.***

Editor: Hening Prihatini

Tags

Terkini

Terpopuler