Sri dan yg lain turun, kemudian si sopir menjabat tangan si pria tua, mencium tangannya, sebelum memperkenalkan Sri dan 2 orang lainnya.
“mulai tekan kene, bapak iki sing jelasno kabeh” (mulai dari sini, si bapak yg akan menjelaskan semua).
Tampak dari luar, bapak itu sudah uzur, bahkan carannya berjalan saja seperti kewalahan menyangga badannya sendiri. Ia tidak bicara banyak, hanya memperkenalkan namannya, pak Ageng, katannya, lalu, ia mengajak Sri dan yg lain masuk ke rumah itu, ia menuntunnya masuk ke kamar.
Di salah satu kamar itu, Sri dan yg lain, kaget bukan maen, karena tepat di atas ranjang, ada sebuah peti mati, keranda mayat, di dalamnya, ada seorang gadis yg mungkin masih SMU, masih muda, ia memejamkan matannya, di badannya, ia melihat nanah busuk dan garis lebam hitam, siapa?
“nami kulo Tamin, kulo ngertos, akeh sing kepingin njenengan2 takokno, enten opo sing kedaden nang kene” (nama saya Tamin, saya mengerti, pasti banyak yg ingin kalian tanyakan tentang apa yg barusaja kalian lihat disini).
Si pria tua itu membungkuk, sebelum melangkah keluar kamar.
“onok opo asline nang kene” (ada apa sih sebenarnya ini) kata Dini, ia tidak bisa mengalihkan pandanganya pada gadis itu.
Matanya terpejam, di kurung oleh bambu kuning yg di bentuk menyerupai keranda mayat, Sri dan yg lain, yakin, ada sebuah rahasia di tempat ini, namun apa itu! Saat-saat kebingungan itu, Sri melangkah mundur, ia tidak sanggup lagi melihat gadis itu yg entah siapa dan kenapa ada disini, ia berniat mencari tahu, dan bertanya langsung kepada sopir yg mengantar mereka, sampai, langkahnya terhenti menakala, ia mendengar si sopir berbicara.
“gik, opo gak onok sing jelasno nang cah iku mau, kerjo opo nang kene, kok koyok'ane kaget ngunu” (Gik, apa gak ada yg ngasih tau mereka, pekerjaan apa yg sebenarnya di janjikan disini, kok tampaknya mereka terkejut sekali).