BMKG: Cuaca Terik Beberapa Hari Ini Bukan Gelombang Panas, Begini yang Terjadi di Indonesia

18 Mei 2021, 10:35 WIB
Ilustrasi cuaca panas di Cilacap. Ini kata BMKG /Pexels/Fabio Partenheimer/

PORTAL PURWOKERTO - Cuaca panas yang terjadi akhir-akhir ini membuat gerah saat di luar maupun dalam rumah.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyataka jika cuaca panas ini bukan merupakan fenomena gelombang panas.

Dijelaskan Deputi Bidang Meteorologi Guswanto melalui siaran persnya mengatakan jika menurut World Meteorological Organization (WMO), Gelombang Panas atau dikenal dengan "Heatwave" merupakan fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama 5 hari atau lebih secara berturut-turut, dimana suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5°C (9°F) atau lebih.

Baca Juga: Cuaca Hari Ini di Cilacap, Banyumas, Purbalingga dan Banjarnegara, BMKG: Masih Ada Potensi Hujan Lebat

Fenomena gelombang panas ini biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi seperti wilayah Eropa dan Amerika.

Secara dinamika atmosfer hal tersebut dapat terjadi karena adanya udara panas yang terperangkap di suatu wilayah disebabkan adanya anomali dinamika atmosfer yang mengakibatkan aliran udara tidak bergerak dalam skala yang luas, seperti misalnya ada sistem tekanan tinggi dalam skala yang luas dan terjadi cukup lama.

Apakah gelombang panas bisa terjadi di Indonesia? Secara geografis wilayah Indonesia berada di sekitar wilayah ekuatorial, sehingga memiliki karakteristik dinamika atmosfer yang berbeda dengan wilayah lintang menengah-tinggi.

Baca Juga: Akan Kembali ke Jakarta, 20 Penumpang di Terminal Karangpucung di Rapid Antigen, Hasilnya Dua Positif

Selain itu, wilayah Indonesia  juga memiliki variabilitas perubahan cuaca yang cepat. Dengan perbedaan karakteristik dinamika atmosfer tersebut, maka dapat dikatakan bahwa di wilayah Indonesia tidak terjadi fenomena yang dikenal dengan Gelombang Panas atau Heatwave.

Sedangkan yang terjadi di wilayah Indonesia adalah kondisi suhu panas harian yang umumnya disebabkan oleh kondisi cuaca cerah pada siang hari dan relatif lebih signifikan pada saat posisi semu matahari berada di sekitar ekuatorial.

Pada pertengahan Mei ini, posisi semu matahari sudah berada di Belahan Bumi Utara (BBU) di sekitar 19 derajat LU, kondisi tersebut mengindikasikan bahwa di wilayah Indonesia selatan ekuator akan menjelang periode angin timuran yang identik dengan musim kemarau.

Baca Juga: 5 Tempat Wisata Pantai di Cilacap Asik Buat Liburan, Jelajahi dengan Bus Wisata DAMRI, Tarif Hanya Rp15 Ribu

Berdasarkan hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum tanggal 16 Mei 2021 tercatat berkisar antara 33.0-35.2 °C dengan suhu maksimun 35.2 °C terjadi di Surabaya. Kondisi suhu maksimum dengan kisaran tersebut masih berada kondisi normal, dimana perubahan suhu maksimum harian masih dapat terjadi dalam skala waktu harian bergantung pada kondisi cuaca atau tingkat perawanan di suatu wilayah.

"Saat ini sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki awal musim kemarau dimana tingkat perawanan akan cukup rendah pada siang hari, sehingga  masyarakat diimbau dan diharapkan tetap mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas atau kondisi terik pada siang hari dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesehatan diri, keluarga, serta lingkungan," ujar BMKG dalam keterangan resminya.***

Editor: Hening Prihatini

Sumber: BMKG

Tags

Terkini

Terpopuler