PORTAL PURWOKERTO - Seperti apa sejarah mangkuk ayam jago hingga masuk ke Indonesia dan menjadi doodle google hari ini.
Pada hari ini, 12 September 2022, mangkuk ayam jago yang legendaris menjadi tema Doodle Google lantas seperti apa sejarah di baliknya hingga masuk ke Indonesia?
Bagi kalian penggemar kuliner seperti mie ayam atau bakso pasti tidak asing dengan mangkuk ayam jago yang kerap menjadi wadahnya.
Kisah mangkuk ayam jago ini dari negara asalnya Tiongkok begitu terkenal sebagi alat makan sehari-hari. Bahkan juga terkenal karena kerap muncul sebagai properti dalam film-film Hong Kong karya Stephen Chow pada era tahun 90-an.
Kemudian, mangkuk ayam jago juga menjadi perangkat makan wajib yang digunakan sebagai ‘seserahan’ dalam upacara pernikahan di Tiongkok.
Orang Kanton biasa menyebut mangkuk ayam jago dengan Jigongwan, sedangkan penduduk di wilayah Tiongkok bagian utara Gongjiwan, sementara mereka yang berdialek Minnan atau tinggal di Tiongkok bagian selatan memanggilnya Jijiaowan.
Lantas seperti apa sejarah mangkuk ayam jago hingga masuk ke Indonesia? Ini informasi selengkapnya yang dirangkum Portal Purwokerto dari berbagai sumber.
Kisah mangkuk ayam jago bermula dari masa Dinasti Ming periode pemerintahan Kaisar Chenghua (1465-1487).
Saat itu, Sang Kaisar memesan empat buah cawan bergambar ayam jago dan ayam betina pada pengrajin keramik khusus kekaisaran di daerah Jingdezhen (Propinsi Jiangxi ) yang terkenal menghasilkan keramik untuk istana sejak abad 6 M.
Kaisar Chenghua memesan empat buah cawan keramik dengan teknik doucai, khusus untuk dirinya dan istrinya sebagai tanda cinta.
Cawan tersebut terkenal dengan Jigangbei atau ‘cawan ayam’. Terdiri dari gambar ayam jago, betina, dan anak ayam yang bermakna kemakmuran, banyak anak, banyak rejeki.
Perlu diketahui bahwa mangkuk ayam jago ini sangat dipuja-puja oleh Kaisar Tiongkok. Cawan dan mangkuk ayam mempunyai makna simbolis dimana Cawan tersebut terkenal dengan nama Jigangbei atau ‘cawan ayam.
Kata Ji, yang berarti ‘ayam’, mirip bunyinya dengan kata Jia yang bermakna ‘rumah’. Gambar tanaman peoni melambangkan kekayaan, sedangkan pohon pisang dengan daun lebar bermakna keberuntungan untuk keluarga.
Para Kaisar Tiongkok begitu menyukai cawan ayam jago tersebut, mereka adalah Kaisar Wanli (memerintah tahun 1572-1620)dan Kaisar Kangxi (memerintah tahun 1661-1722) dari Dinasti Qing.
Bahkan saking sukanya terhadap cawan tersebut, mereka berani mematok harga mahal untuk gambar ayam jago.
Kaisar Qian Long yang memerintah pada tahun 1735-1796 pernah membuat puisi khusus yang memuja mangkuk ayam jago itu pada 1776.
Pada masa Dinasti Qing, mangkuk ayam jago mulai diproduksi banyak. Masyarakat kelas menengah ke bawah di Tiongkok pada masa itu hanya dapat menggunakan mangkuk bergambar ayam.
Pasalnya, mangkuk-mangkuk bergambar naga, phoenix dan motif lainnya, lebih mahal harganya.
Dalam perkembangan berikutnya, bagi petani di Tiongkok, mangkuk ayam jago adalah lambang kerja keras untuk mendapat kemakmuran.
Masuk ke Indonesia
Melewati sejarah yang panjang, diketahui jangan
sembarangan memproduksi barang dengan gambar mangkuk ayam jago tersebut. Pasalnya, sudah ada satu perusahaan yang memiliki hak cipta atas gambar tersebut.
Pada surat kabar Kompas tanggal 4 September 2017, terdapat pengumuman dari PT Lucky Indah Keramik, bahwa hanya perusahaan ini yang memiliki hak untuk memproduksi barang-barang dengan gambar ayam jago.
PT Lucky Indah Keramik juga memperingatkan bagi para produsen, importir, distributor, agen ataupun pengecer untuk tidak membeli, menyimpan, mengimpor dan memperdagangkan barang-barang yang bergambar ayam jago.
PT Lucky Indah Keramik hanya menunjuk PT Kencana Makmur Mitra Abadi sebagai distributor tunggal.
Demikianlah sejarah mangkuk ayam jago hingga masuk ke Indonesia dan menjadi doodle google hari ini.***