Jenderal yang Terbunuh dalam Peristiwa G30S PKI di Jakarta Ada 6, Bukan 7!

- 29 September 2022, 08:26 WIB
Jenderal yang Terbunuh dalam Peristiwa G30S PKI di Jakarta Ada 6, Bukan 7!
Jenderal yang Terbunuh dalam Peristiwa G30S PKI di Jakarta Ada 6, Bukan 7! /Instagram

PORTAL PURWOKERTO - Jenderal yang terbunuh dalam peristiwa G30S PKI adalah tokoh-tokoh yang sangat berpengaruh di militer terutama Angkatan Darat.

Meskipun Partai Komunis Indonesia atau PKI menargetkan untuk membunuh 7 jenderal, namun hanya 6 jenderal yang tewas pada peristiwa G 30 S PKI.

Gerakan Tiga Puluh September atau yang dikenal dengan Gestapu terjadi pada tanggal 30 September 1965.

Para jenderal tersebut dijadikan target oleh PKI karena kerap menentang keinginan PKI. Terutama yang berkaitan dengan keinginan untuk mempersenjatai barisan buruh dan tani.

Baca Juga: Ringkasan Film G30S PKI, Film Wajib Ditonton Setiap 30 September yang Penuh Kontroversi Pemenang Piala Citra

6 Jenderal yang tewas akibat kekejaman PKI tersebut termasuk Menteri Panglima Angkatan Darat yaitu Jenderal Ahmad Yani.

1. Jenderal Ahmad Yani lahir pada 19 Juni 1922 di Jenar, Purworejo, Jawa Tengah. Sempat bergabung dengan PETA, Yani juga pernah belajar di Komando dan Staf Umum College, Fort Leavenworth, Kansas, AS. 

Sebagai bagian dari Angkatan Darat, Yani memperlihatkan karir yang cemerlang dengan berhasil menumpas berbagai pemberontakan. Diantaranya:

- Menyita senjata Jepang di Magelang
- Memukul mundur Agresi Militer Belanda di Pingit
- Menumpas DI/TII
- Menumpas pemberontak PRRI di Sumatera Barat

Baca Juga: Jenderal yang Tidak Terbunuh dalam Peristiwa G30S PKI, 7 Pahlawan Revolusi, dan Ade Irma Suryani

Atas kiprahnya, tak heran Ahmad Yani diberikan tugas sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat pada tahun 1962 oleh Presiden Soekarno.

Ahmad Yani merupakan salah satu jenderal yang paling menentang ide PKI untuk mempersenjatai barisan buruh dan tani.

2. Letjen R. Suprapto

R. Suprapto alias Raden Suprapto lahir pada 20 Juni 1920 di kota Purwokerto, Jawa Tengah. Pada awal perjuangan, pria yang lembut ini sempat bergabung dengan Panglima Soedirman dalam melawan Agresi Militer Belanda.

Selama hampir 2 tahun Suprapto menjadi ajudan dari Panglima Besar Soedirman sebelum akhirnya diangkat menjadi Kepala Bagian II Markas Komando Jawa yang dipimpin oleh A.H. Nasution. 

Suprapto dituduh menjadi salah satu dari Dewan Jenderal yang hendak menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno. Akibatnya, ia termasuk salah satu yang diculik pasukan Cakrabirawa.

Baca Juga: Sinopsis G30S PKI, Pembunuhan Terhadap 7 Pahlawan Revolusi yang Mengubah Indonesia

3. Mayjen MT Haryono 

Bernama lengkap Mas Tirtodarmo Haryono, putra dari seorang jaksa ini lahir di Surabaya, pada 20 Januari 1924.

Jenderal bintang tiga ini adalah salah satu aset penting dalam perundingan karena menguasai tiga bahasa asing yaitu Belanda, lnggris dan Jerman.

MT Haryono pernah menjadi sekretaris delegasi RI dan Sekretaris Dewan Pertahanan Negara, kemudian menjadi Wakil Tetap pada Kementerian Pertahanan Urusan Gencatan Senjata.

Ia kemudian menjadi Atase Militer RI untuk Negeri Belanda pada tahun 1950 dan sebagai Direktur Intendans dan Deputi III Menteri/Panglima Angkatan Darat 1964.

Pemikiran M.T. Haryono kerap berseberangan dengan PKI, terutama dalam hal mempersenjatai barisan buruh dan tani.

4. Letjen S. Parman

Siswondo Parman lahir pada 4 Agustus 1918 di Wonosobo, Jawa Tengah sebagai anak keenam dari sebelas bersaudara.

Salah satu kakak S. Parman, Sukirman adalah salah satu orang yang pernah terlibat dalam pemberontakan PKI Madiun tahun 1948. Namun kedua bersaudara ini berbeda haluan.

Dalam karir militer, S. Parman berperan dalam penumpasan pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) sehingga jabatannya naik menjadi Kepala Staf Gubernur di Markas Besar Angkatan Darat.

Pria ini pernah menjadi Atase Militer Indonesia di Inggris dan sempat menjalani pendidikan militer di Amerika serja menjadi ahli intelijen.

Sebelum tewas, S. Parman menjabat sebagai Asisten I Menteri Panglima Angkatan Darat dalam bidang intelijen. Pembentukan Angkatan Kelima merupakan salah satu yang ditentangnya dari PKI.

Baca Juga: Mengulas Rumah Penyiksaan Pemberontakan G30S PKI yang Jadi Sejarah Kelam di Tahun 1965

5. Mayjen D.I Panjaitan

Bernama lengkap Donald Isaac Panjaitan, perwira ini lahir pada 9 Juni 1925 di Balige, Tapanuli.

Dalam karir militernya, putra seorang pedagang ini pernah ditugaskan menjadi Atase Militer RI di Bonn, Jerman Barat.

Sekembalinya ke Indonesia D.I. Pandjaitan ditunjuk menjadi Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad).

D.I. Pandjaitan membongkar rahasia pengiriman senjata dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) untuk Partai Komunis Indonesia (PKI).

Senjata tersebut ternyata akan digunakan untuk mempersenjatai Angkatan Kelima yang diusulkan PKI untuk barisan buruh dan tani.

Baca Juga: Lirik Lagu Genjer Genjer yang Dilarang Dinyanyikan Usai G30S PKI, Sejarah Lagu ini Identik dengan PKI

6. Mayjen Sutoyo Siswomiharjo

Mayjen Sutoyo lahir pada 28 Agustus 1922 di Kebumen, Jawa Tengah. Mayjend Sutoyo pernah menjadi ajudan dari Jenderal Gatot Subroto.

Semasa karir politiknya, Sutoyo pernah terlibat dalam penumpasan Agresi Militer Belanda II dan juga menangani pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948.

Sebelum meninggal, Sutoyo berperan penting dalam membongkar kasus korupsi yang terjadi di tentara dengan nama Operasi Budhi.

Ia bahkan berhasil menyelamatkan milyaran uang negara. Mayjen Sutoyo Siswomiharjo memiliki jabatan Inspektur Kehakiman atau Oditur Jenderal Angkatan Darat saat konflik G30S PKI berlangsung.

Baca Juga: Profil Letkol Untung, Sosok yang Diduga Sebagai Dalang Peristiwa G30S PKI 1965

Tokoh lain yang tewas pada Gerakan Tiga Puluh September adalah Kapten Pierre Tendean. Pria berusia 26 tahun ini adalah ajudan dari Jenderal A.H. Nasution.

Ketujuh tokoh yang diculik oleh pasukan Cakrabirawa atas hasutan PKI ini dibawa paksa hidup dan mati ke sebuah markas PKI di kawasan hutan karet Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Setelah semua tewas, jasadnya dimasukkan ke dalam sebuah sumur yang kemudian ditutupi oleh pohon pisang untuk menyamarkan.

Setelah pencarian selama empat hari, jasad 7 Pahlawan Revolusi ditemukan di sebuah sumur tua dengan kedalaman kurang lebih 12 meter pada tanggal 4 Oktober 1965.

Baca Juga: Mengenal Partai Komunis Indonesia yang Menjadi Awal Mula Peristiwa G30S PKI

Resimen Para Anggota Komando Angkatan Darat (RPKAD) menemukan tempat tersebut atas jasa Soekiman yang merupakan saksi mata kejadian. 

Jenazah 7 Pahlawan Revolusi kemudian dimakamkan secara layak di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Jenderal yang terbunuh dalam peristiwa G30S PKI di Jakarta adalah Ahmad Yani, R. Suprapto, MT Haryono, S. Parman, DI Pandjaitan, dan Sutoyo Siswomiharjo.***

 

Editor: Lasti Martina

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah