Menggiurkan, Bisnis Perdangan Anjing Konsumsi, Ingat Bahaya Konsumsi Anijng

- 10 November 2020, 04:46 WIB
Kampanye menolak makan daging anjing.
Kampanye menolak makan daging anjing. /Antara

 

PORTAL PURWOKERTO - Perdagangan anjing menjadi bisnis yang menggiurkan, karena tingginya kebutuhan untuk daging konsumsi. Data Badan Karantina Pertanian mencatat lalu lintas perdagangan anjing dari Jawa ke Pulau Sumatera mencapai 2.000 ekor per bulan

Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Badan Karantina Pertanian Agus Sunanto mengatakan, tidak ada larangan perdagangan anjing sepanjang dari daerah bebas rabies.

“Memang tidak ada larangan perdagangan anjing untuk konsumsi.  Tugas Karantina disini adalah mencegah lalu lintas perdagangan hewan dari daerah wabah rabies ke wilayah bebas rabies," jelasnya.

Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) juga mengingatkan bahaya mengkonsumsi daging anjing.

Baca Juga: Giliran Akun Penyebar Video Syur Mirip Jessica Iskandar Dipolisikan

“Mengonsumsi daging anjing berisiko membawa penyakit rabies, E-coli, salmonella spp, kolera, dan trichinellosis," kata Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Ditjen PKH Kementan Syamsul Maarif di Jakarta dalam webinar Pengawasan Lalu Lintas Perdagangan Anjing Jawa-Sumatera, Senin 9 November 2020.

Selama ini banyak beredar anggapan atau mitos di masyarakat mengenai manfaat kesehatan mengonsumsi daging anjing. “Di Sulawesi Utara, Maluku, Yogyakarta, Solo, dan Sumatera Utara makan daging anjing sudah menjadi  kultur budaya,”katanya dikutip Portal Purwokerto dari Antara Senin.

Belasan Ribu Dibantai Setiap Bulan

Berdasarkan data  dari Dog Meet Free Indonesia (DMFI) yang diperoleh Portal Purwokerto, sekitar 13.700 ekor anjing setiap bulannya di Solo Raya dibantai untuk dikonsumsi. "Belasan ribu ekor anjing tersebut untuk memenuhi kebutuhan ratusan warung daging anjing di kota tersebut," katakata  Karin Franken, Koordinator DMFI Pusat saat bertemu  Gubernur a Tengah Ganjar Pranowo di Semarang.

Tingginya peredaran olahan daging anjing di Jawa Tengah memang didominasi dari Solo Raya. Ada seratus lebih warung olahan anjing berada di sana, "Khusus untuk wilayah Kota Surakarta terdapat 63 warung, kota tersebut  menjadi konsumen terbesar di Jawa tengah," tambahnya.

Baca Juga: Dua dari Delapan Akun yang Diduga Menyebarkan Video Syur Mirip Gisella Anastasia Sudah Ditutup

 Menurut Karin, untuk memenuhi kebutuhan ratusan warung daging anjing di Solo Raya sebanyak 13.700 ekor anjing dibantai  setiap bulan  sana.

Kabupaten dengan konsumsi terbanyak di Jawa Tengah  adalah Salatiga, Semarang,  Sukoharjo, Sragen. "Solo paling banyak. selain konsumsi daging, alat transportasinya juga memicu penyakit rabies," katanya

Pemasok utamanya adalah Jawa Barat yang notabene belum terbebas dari rabies. Padahal sejak tahun 1995 di Jawa Tengah sudah tidak ditemukan lagi kasus rabies. Melihat perkembangan tersebut akhirnya Kementerian Pertanian mengeluarkan surat keputusan Nomor 892/Kota/TN.560/9/1997 yang menyatakan Jateng bebas rabies.

Baca Juga: Gisella Anastasia Akan Diperiksa Polisi Terkait Video Syur Mirip Wajahnya

Karin menambahkan  status Jateng sebagai provinsi bebas rabies tersebut kini terancam karena konsumsi hewan pembawa rabies (HBR) di Jateng, anjing salah satunya cukup tinggi.

"Kondisi saat ini banyak (anjing) yang dikirim ke Jateng. Makanya kita minta pemerintah ambil langkah cepat untuk menghentikan konsumsi daging anjing,”tambahnya.***

Editor: Eviyanti

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x