Network
PORTAL PURWOKERTO – Sejarah Hari Buku Nasional yang diperingati tiap tanggal 17 Mei. Ini makna Harbuknas yang ditujukan untuk meningkatkan minat baca.
Sejarah tanggal 17 Mei ditetapkan sebagai Hari Buku Nasional oleh Abdul Malik Fadjar yang menjabat sebagai Menteri Pendidikan pada periode 2001-2004, seperti yang dilansir Portal Purwokerto dari laman donasi buku Kemdikbud pada Selasa, 17 Mei 2022.
Peringatan Hari Buku Nasional sudah dilakukan sejak tahun 2002. Penetapan Harbuknas ini untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Momen ini juga bertepatan dengan berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada 17 Mei 1980.
Sejarah mencatat pada saat itu hanya 18 ribu judul buku yang terjual di Indonesia. Sementara Jepang berada pada angka 40 ribu judul buku per tahun. Jumlah yang jauh jika dibandingkan dengan China dengan 140 ribu judul buku per tahun.
Miris, UNESCO juga mencatat pada tahun 2002 tingkat melek huruf pada penduduk berusia 15 tahun ke atas hanya 87,9 persen. Artinya 12,1 penduduk Indonesia masih buta huruf di tahun 2002.
Sementara di tahun yang sama, negara-negara tetangga angka melek hurufnya lebih tinggi yakni Malaysia 88,7 persen, Vietnam 90,3 persen dan Thailand 92,6 persen.
Kemdikbud mencatat penduduk Indonesia harus memiliki modal berupa kemampuan baca tulis dan hitung, literasi teknologi, literasi sains dan juga literasi finansial. Penduduk Indonesia juga harus menyesuaikan kemampuan literasi lainnya sesuai dengan perkembangan jaman.
BPS mencatat pada tahun 2021, angka buta huruf di Indonesia sebesar 9,24 persen pada penduduk berusia 45 tahun ke atas.
