Di bawah kepemimpinan Harun Ar-Rasyid, Baghdad menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang berkembang pesat. Ia mendukung perkembangan ilmu pengetahuan, seni, sastra, dan filosofi. Banyak ulama, filsuf, dan penyair terkenal berkumpul di istananya, seperti Ibnu Hanbal, Ibnu Rusyd, dan Abu Nawas.
Harun Ar-Rasyid menjalin hubungan diplomatik yang kuat dengan Kekaisaran Bizantium di bawah pemerintahan Kaisar Nikephoros I. Ia juga menjalin hubungan dengan Kekaisaran Tiongkok, terutama pada masa Dinasti Tang di bawah pemerintahan Kaisar Xuanzong.
Harun Ar-Rasyid dikenal sebagai sosok yang gemar berburu dan mengadakan festival dan pesta yang mewah. Ia memiliki seorang istri yang terkenal bernama Zubaidah, yang terkenal karena kemurahan hatinya dalam membangun sumur-sumur air di wilayah kekuasaannya.
Khalifah Harun Ar-Rasyid meninggalkan warisan yang besar dalam sejarah dan budaya Islam. Ia dikenang sebagai salah satu khalifah yang bijaksana, berbudaya, dan mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan seni.
Khalifah Harun Ar-Rasyid mencerminkan kepemimpinan yang kuat, kebijaksanaan dalam pemerintahan, dan dorongan terhadap perkembangan budaya dan ilmu pengetahuan pada masa dinasti Abbasiyah.***