3. Real estat metaverse bukanlah hal baru
Meskipun platform terpanas di metaverse cukup baru, mereka jauh dari contoh paling awal dari orang-orang yang masuk ke real estat virtual. Bloomberg meliput jutawan pertama Second Life, Ailin Graef, pada tahun 2006.
Dia masuk ke Second Life lebih awal, menghabiskan dua tahun membangun kepemilikan tanah virtual dan mengembangkan avatar kustom.
Baca Juga: Elon Musk Kritik Teknologi Metaverse 'Tidak Menarik', Ternyata ini Sebabnya
Sekarang banyak berinvestasi dalam kelompok teknologi dengan kekayaan yang dibuat di dunia virtual.
Second Life Marketplace menawarkan berbagai macam persewaan tetapi jarang ada real estat yang dijual.
Agaknya, pemilik menghasilkan cukup uang dari persewaan itu, bahkan dengan $4 atau setara 56 ribu ruapiah atau $5 sekitar Rp60 ribuan seminggu.
Sehingga mereka tidak memiliki keinginan untuk menjual. Transaksi ini sebagian besar ditangani melalui grup real estat asli platform.
Nah demikianlah alasan mengapa kamu harus beli properti di metaverse demi investasi masa depan.
Metaverse terus berkembang, dan banyak perkembangan masih dalam proses. Kita sedang menyaksikan transisi besar-besaran dari dunia fisik ke dunia maya.