Kekeuh Klaim jadi Wilayahnya, China Dirikan Pangkalan Militer di Laut Natuna Utara, Terpantau Citra Satelit

- 21 Februari 2021, 21:21 WIB
Potret Pulau buatan China di Laut Natuna Utara yang disinyalir menjadi pangkalan militer PLA
Potret Pulau buatan China di Laut Natuna Utara yang disinyalir menjadi pangkalan militer PLA /Reuters/U.s.Navy/handout/

PORTAL PURWOKERTO – China terus mengakui diri sebagai pemilik perairan Laut Natuna Utara, meskipun PBB mematahkan klaim tersebut, berdasarkan Undang-Undang Laut Internasional atau United Nations Convention for the Law of the Sea (UNCLOS).

Pengakuan Laut Natuna Utara sebagai milik China, membuat ketegangan negara-negara yang berada di perairan tersebut, termasuk Filipina.

China tetap keukeuh mengklaim dirinya sebagai pemilik laut yang memiliki sumberdaya melimpah ini. Mereka telah menyiapkan peralatan canggih untuk mendukung kekuatan militer mereka, para prajurit pun juga disiagakan untuk siap perang, apabila sewaktu-waktu terjadi pergerakan.

Baca Juga: 'Vicenzo', Drama Terbaru Song Joong Ki jadi Mafia, Ini Daftar Drama yang Dibintangi Mantan Song Hye Kyo

Bahkan China, juga sudah mengesahkan undang-undang yang memperbolehkan penjaga laut mengambil aksi maupun menembaki kapa lasing yang menjamah wilayahnya.

Melalui Citra Satelit, China bahkan kepergok membangun pangakalan militer besar-beasran di Laut Natuna Utara, seperti dikutip Portal Purwokerto dari Pikiran Rakyat dengan artikel berjudul ‘Tertangkap Citra Satelit, China Kepergok Dirikan Pangkalan Militer Besar di Laut Natuna Utara’, Minggu, 21 Februari 2021.

News Australia memberitakan jika citra satelit menangkap aktivitas mengkhawatirkan China, saat membangun pangkalan militer di pulau-pulau buatan yang kontroversial dan berada di perairan Laut Natuna Utara.

Baca Juga: Ada Samson Kebumen, Layanan Pembayaran Pajak Kendaraan Bernotori Wajib Pajak Sibuk, Buka Sabtu Sore dan Minggu

Berdasarkan laporan dari perusahaan perangkat lunak geospasial Simularity, mereka menangkap tanda-tanda pembangunan infrastruktur seperti radar, antena, dan berbagai pendukung pangkalan militer di Miscief Reef.

Pangkalan militer tersebut terletak 250 kilometer dari Filipina, dan daratan tersebut telah dikendalikan China sejak 1995. Dilihat dari atas, pangkalan militer tersebut terlihat seperti terumbu karang berbentuk cincin.

Gambar dari citra satelit menunjukkan adanya konstruksi di tujuh area antara Mei 2020 hingga Februari 2021.

Pembangunan Pangkalan Militer di Laut Natuna Utara oleh China. Perbandingan lokasi pada 2020 (kiri) dan Februari 2021 (kanan).
Pembangunan Pangkalan Militer di Laut Natuna Utara oleh China. Perbandingan lokasi pada 2020 (kiri) dan Februari 2021 (kanan).

Baca Juga: Sempat Bungkam, Ini Klarifikasi Ayus Tanpa Nissa Sabyan: Semoga Saya Bisa Menjadi Lebih Baik Lagi

Sebuah gambar yang tertanggal 7 Mei 2020 memperlihatkan dengan jelas plot ruang kosong, yang saat ini ditempati oleh struktur silinder selebar 16 meter yang diklaim Simularity sebagai struktur pemasangan antena.

Pada gambar lain juga menunjukkan adanya struktur beton dengan kubah bulat, yang tak lain adalah penutup cuaca untuk melindungi antena dan radar. Simularity menyatakan bahwa kubah yang nampak tersebut adalah struktur radar tetap.

Dr Jay Batongbacal, Direktur Institute for Maritime Affairs Law of the Sea dari Universitas Filipina, mengatakan infrastruktur baru menunjukkan bahwa China sedang menggali di Laut Natuna Utara.

Baca Juga: Pasca Penangkapan Napi Narkoba Bledek, Tim Gabungan Razia WBP Lapas Purwokerto, Ada Charge HP, Potongan Besi

“Mereka pada dasarnya menambahkan peralatan lensa survei. Tampaknya radar sudah ada banyak di terumbu karang,” kata Jay.

“Penambahan radar baru tampaknya menunjukkan bahwa China benar-benar memperluas kemampuan pulau buayan ini,” katanya menambahkan.

Tentu peristiwa seperti ini bukan kali pertama, China memang kerap memicu ketegangan di Mischief Reef.

Baca Juga: Pendaftaran Kartu Prakerja Telah Dibuka! Ini Langkah-langkah Membuat Akun Prakerja, Dapatkan Rp3,55 Juta

Pada 2016 lalu, Pengadilan Permanen Arbitrase di Den Haag memutuskan bahwa Mischief Reef berada di zona ekonomi eksklusif Filipina.*** (Nopsi Marga/Pikiran Rakyat)

Editor: Yumi Karasuma

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x