Tsunami Pangandaran 15 Meter Renggut Ratusan Jiwa, Warga Kota Cilacap: Untung ada Nusakambangan

- 6 Desember 2020, 22:07 WIB

PORTAL PURWOKERTO - Pulau karang Nusakambangan  yang berdiri tegak di sebelah selatan Kabupaten Cilacap memiliki luas 21 kilometer persegi.  Memanjang dari Cilacap ke arah  barat hingga perbatasan Ciamis,menjadi barier jutaan penduduk Cilacap Kota  dari Tsunami Pangandaran 2006 yang lalu.

“Saya yakin kalau tidak ada Pulau Nusakambangan Kota Cilacap akan habis tersapu habis oleh tsunami," kata Suleman warga Tegal Katilayu Kecamatan Cilacap Selatan,Minggu 6 Desember 2020.

Dia adalah salah satu saksi   bencana dahsyat tsunami Pangandaran yang merenggut ratusan orang.  Beberapa saat setelah kejadian  gempa kemudian disusul tsunami dia  mengungsi di pendopo kabupaten setempat.

Baca Juga: Viral, Puisi Anak SD di Palembang Sindir Jokowi dan Menteri KKP Edhy Prabowo

Getaran gempa 6.8 Skala Richter sebelum datangnya bencana lebih dasyat  dirasakan sangat kuat di Cilacap, rumahnya rusak karena gempa bukan tsunami.

Setelah gempa dahsyat dia dan keluarganya ikut mengungsi karena isu terjadi tsunami susulan sangat santer terdengar di tengah masyarakat Cilacap.

Meski saat itu wilayah kota aman suasana mencekam, listrik padam sehingga kota gelap gulita. Ribuan orang mengungsi di pendopo.

Gempa Bumi berkekuatan 6,8 Skala Richter yang melanda pulau Jawa pada 17 Juli 2006, pukul 15.19 WIB.

Baca Juga: Bupati Tatto Menangis Saat Adik Kandungnya Meninggal Karena COVID -19 , Kini Tatto Positiv COVID

Korban terbanyak tsunami Pangandaran  adalah  Ciamis-Pangandaran yakni 415 orang. Disusul sebanyak 157 orang di Cilacap, 62 orang di Tasikmalaya, 15 orang di Kota Banjar, 10 orang di Kebumen, 3 orang di Gunung Kidul dan Bantul serta 1 orang di Garut dan Banyumas. Korban hilang terbanyak di Kebumen yakni 33 orang.

Pusat gempa berada di Samudera Hindia lepas pantai Jawa Barat, berjarak sekitar 225 Km Barat Daya Kabupaten Pangandaran juga sangat dekat dengan Kota Cilacap.

Korban sebanyak 157 warga Cilacap berasal  bukan dari wilayah kota. Tapi Cilacap timur, wilayah yang menderita paling parah  adalah kecamatan yang berhadapan langsung dengan

Samudera Hindia seperti Adipala, Binangun, Nusawungu Kabupaten Cilacap. Kemudian Kecamatan Ayah, Puring Kabupaten Kebumen.

Baca Juga: Anak SD di Palembang Bikin Puisi 'Sepedah, Ikan, dan Batubara', Sindir Jokowi dan Menteri KKP?

Namun kota Cilacap dan Segara Anakan yang relatif lebih dekat dengan pusat gempa,  relatif aman. Tsunami terhalang karang besar yang disebut Nusakambangan.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo menyebut, berdasarkan hasil catatan ilmiah dari berbagai pakar, gelombang tsunami yang menghantam wilayah Nusakambangan pada waktu itu mencapai ketinggian antara 15 sampai 22 meter.

Baca Juga: 2.471 Kasus Positif di Cilacap, Bupati Cilacap: Pandemi Covid-19 Sudah Tidak Terkendali

Sejumlah pedagang makanan di Teluk Penyu juga mengakuinya. Bila tidak ada Nusakambangan maka komplek warung-warung di sana sudah tidak berbekas lagi.

“Saat itu kerusakan di  Pantai Teluk Penyu di Cilacap tidak terlalu banyak berat,  perahu-perahu yang ditambatkan di pantai. Begitu juga dengan warung-warung yang ada di pinggir Teluk Penyu,  tidak ada kerusakan yang berarti,” kata Narti (60)  pedagang di Teluk Penyu.

Baca Juga: Positif Covid-19, Bupati Cilacap: Masyarakat Harus Jadi Polisi untuk Dirinya Sendiri

Gelombang tsunami tidak  mencapai tempat itu, walaupun jaraknya hanya 100 meter dari bibir pantai.

Berbeda dengan Pantai Widarapayung Kecamatan Binangun sebelah barat Kota Cilacap, kondisinya rusak parah, tempat wisata, warung dan para wisatawan tersapu bersih oleh gelombang pasang dari Pantai Selatan Pulau Jawa.

"Jadi kita sangat bersyukur dengan keberadaan Pulau Nusakambangan," tambahnya.

Karena ada ada Nusakambangan gelombangnya tidak sampai ke Cilacap. Sehingga tidak ada perahu tanker yang terbalik atau hilang selama terjadi gelombang tsunami.***

Editor: Eviyanti


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah