Setelah Buku How Democracies Die, Kini Buku Why Nations Fail Jadi Buah Bibir, Buku Apa Sih Ini?

24 November 2020, 21:39 WIB
Ketua KPK Firli Bahuri menyatakan sudah membaca buku berjudul 'Why Nations Fail' sejak tahun 2012.* /Instagram/@official.kpk/

PORTAL PURWOKERTO – Setelah heboh dengan bacaan Gubernur Anies Baswedan pada Minggu, 22 November 2020 silam, yakni How Democracies Die, kini, Ketua KPK Firli Bahuri mengakui membaca buku Why Nations Fail meski tahun saat ia membaca sedikit dipertanyakan.

Buku Why Nations Fail merupakan buku karya Daron Acemoglu dan James Robinson ini diterbitkan pada tahun 2012. Sehingga saat Firli mengatakan dirinya pernah membaca buku ini di tahun 2002, hal menggelitik dan jadi sindiran bukan hanya melalui media sosial melainkan di dunia nyata.

Baca Juga: Netizen Sindir Ketua KPK Firli Bahuri yang Mungkin Membaca Buku Why Nations Fail, Mengapa?

Sebenarnya, buku tentang apakah ini?

Why Nations Fail merupakan sebuah buku yang mengulas tentang faktor adanya negara kaya dan negara miskin. Begitu juga latar belakang adanya kesenjangan sosial dan ekonomi yang terjadi di negara-negara kaya dan negara miskin.

Menurut komentar para pembaca buku Why Nations Fail dalam situs GoodReads, buku ini juga mengenai kebijakan ekonomi ekstraktif dan inklusif yang menjelaskan mengenai latar belakang kemakmuran suatu bangsa yaitu bergantung pada pilihan kebijakan para elit untuk menentukan kaya dan miskin suatu bangsa, menurut Kimball.

Baca Juga: Gegara Anies Baswedan Unggah How Democracies Die, Ketua KPK Firli Bahuri Tak Mau Kalah Baca di 2002

Sedangkan menurut Heidi, ide pokok dari buku ini adalah bahwa negara gagal karena institusi politiknya, yaitu karena sifat ekstraktifnya. Namun baginya, argumen tersebut begitu dangkal.

Ia menambahkan bahwa pada dasarnya, proses ekonomi tidak pernah satu dimensi ini. Sedangkan menurutnya, penulis buku ini berpendapat bahwa tiga teori kemiskinan yakni negara miskin karena lokasi geografis mereka yang tidak menguntungkan, budaya mereka tidak memfasilitasi pertumbuhan dan negara Barat tidak tahu bagaimana mengubah negara miskin menjadi kaya, sama sekali tidak relevan.

Baca Juga: Teleportasi, Ketua KPK Baca Buku How Democracies Die di Tahun 2002?

Heidi berpendapat bahwa asumsi hanya politik dan institusi politik yang menentukan apakah suatu negara 'miskin atau makmur' terlalu sepihak. Para penulis mendukung ide-ide mereka dengan contoh-contoh yang tak terhitung jumlahnya dari sejarah tetapi terkadang ini cenderung tidak relevan dan acak.

Jadi kamu sudah pernah baca kedua buku ini?***

Editor: Hening Prihatini

Tags

Terkini

Terpopuler