Network
3. Teman Hari Raya
Lebaran Idul Fitri tahun ini diperkirakan akan berlangsung sama seperti sebelum pandemi Covid-19 melanda. Artinya, akan ada banyak pertemuan keluarga, pertemuan trah, yang diikuti dengan saling tukar informasi dan kejulidan.
Tidak jarang, pertukaran informasi diikuti dengan pertanyaan pacarnya mana? Kapan menikah, dan lain sebagainya. Tentu hal ini cukup membuat risih. Nah, THR Teman Hari Raya mungkin bisa jadi solusinya. Bawa teman saat acara keluarga seperti ini bisa membungkam pertanyaan julid loh.
4. Ternyata Hanya Rekan
Kondisi ini biasanya dialami oleh mereka yang sudah bekerja. Berada satu ruangan atau satu tim dengan seseorang yang menarik dan enak diajak kerjasama terkadang dapat menimbulkan persepsi yang salah. Satu pihak menggap perlakuan tersebut istimewa, eh pihak lain menganggap hal itu biasa saja alias bagian dari kepribadian yang flamboyan. Hati-hati jangan ke-ge-er-an loh.
5. Turahan Hari Raya
Nah, plesetan THR yang satu ini biasa disebut jokes bapak-bapak alias lelucon yang biasa dikeluarkan oleh bapak-bapak. Turahan berasal dari bahasa Jawa yang artinya sisa. Pada hari raya biasanya pengeluaran sangat besar untuk menjamu sanak saudara dan tetangga.
Sehingga setelah hari raya selesai, yang tersisa hanyalah sisa-sisa. Bisa sisa-sisa uang THR yang menguap menjadi angpao utk sanak keluarga, bisa juga sisa-sisa makanan yang tempat wadahnya beralih fungsi. Sebut saja Kaleng Khong Guan yang isinya berubah menjadi rengginang karena biskuit Khong Guan sudah habis.
6. Tidak Harus Rebutan (pacar)
Banyak manusia di muka bumi ini, tidak harus terpaku pada satu orang apabila orang tersebut sudah dimiliki yang lain. Jadi THR, Tidak Harus Rebutan ini bisa menjadi penyemangat agar mencari jodoh sendiri dan bukan jodoh orang lain.
7. Ta'aruf Habis Ramadan
Menurut KBBI, Taaruf adalah perkenalan. Di Islam, konsep taaruf ini digunakan oleh muda mudi yang berlainan jenis untuk mengenal satu sama lain tanpa berpacaran. Nah, saat pertemuan keluarga besar atau yang kerap disebut kumpulan trah bagi orang Jawa, biasanya bisa bertemu saudara jauh yang tidak saling mengenal. Bukan tidak mungkin ternyata saling tertarik, sehingga melakukan ta'aruf setelah bulan Ramadhan selesai.
