Membawa enam kerai bambu yang cukup berat, kadang menyusahkan kayuhan sepedanya melalui 13 KM jalan berkelok menanjak dan menurun.
Baca Juga: Bupati dan Ketua DPRD Banyumas Tak Ikut Divaksin dalam Vaksinasi Covid-19, Ini Alasannya
Keuntungan yang didapatnya pun tak seberapa. Dari keenam kerai bambu yang dibawanya, tak selalu laku dibeli orang.
“Satu kerai bambu saya jual Rp170 ribu. Maksimal sehari cuman dua kerai yang laku. Seringnya tak ada satupun yang beli. Keuntungan saya Rp50 ribu,” tambah Zul.
Ketika ia mendapatkan uang dari berjualan kerai bambunya, ia sisihkan untuk keluarganya di Palembang.
Baca Juga: Daftar Bantuan UMKM Online Lewat Pembiayaan.depkop.go.id 2021, Begini Syarat dan Mekanismenya
Dua bulan sekali, uang hasil keringatnya, ia kirim ke orang tuanya yang setiap hari menjadi petani.
“Ayah saya petani. Kami tak punya apa-apa di rumah. Adek saya dua dan masih bersekolah. Uang yang saya dapat biasanya dikirim dua bulan sekali,” katanya.
Ia merantau hingga ke Purwokerto karena disana ia bingung mau bekerja apa.
Baca Juga: 7 Camilan dan Buah Khas yang Dinikmati Bersama Keluarga saat Imlek di Keluarga Tionghoa