Prediksi Harga Bitcoin Setelah Pecahkan All Time High, Mungkinkan Tembus Rp1 Miliar?

- 21 Oktober 2021, 09:01 WIB
Cardano semakin tertinggal dari Bitcoin dan Ethereum, akankah berpotensi melambung menjelang awal tahun 2022?
Cardano semakin tertinggal dari Bitcoin dan Ethereum, akankah berpotensi melambung menjelang awal tahun 2022? /Pixabay

PORTAL PURWOKERTO - Bagaimana prediksi harga Bitcoin setelah memecahkan rekor All Time High (ATH) di angka Rp930 juta?

Rabu, 20 Oktober 2021, Bitcoin menyentuh angka USD66 ribu atau sekitar Rp930 juta.

Angka ini adalah harga Bitcoin tertinggi semenjak ATH sebelumnya di bulan April 2021.

Diketahui sebelumnya, setelah mendapatkan ATH-nya April lalu, harga Bitcoin sempat crash dan turun ke area USD30.000 atau sekitar Rp450 juta.

 

Baca Juga: Ingin Trading Crypto dan Solve Coin? Ini Penjelasan Singkatnya Sebelum Memiliki Akses Cryptocurrency

Rupanya, pecahnya ATH Bitcoin baru-baru ini memberikan harapan akan adanya pasar bullish yang semakin menguat ke depannya.

Seperti yang dilansir oleh Portal Purwokerto dari CoinDesk, Ben Caselin, Kepala Riset dan Strategi AAX, menyatakan bahwa ATH Bitcoin kali ini memang sudah lama ditunggu.

"Bitcoin memecahkan rekor ATH meamang sudah ditunggu sejak lama dan memang sudah diprediksi sejak Bitcoin kehilangan 50% nilainya pada crash di bulan Mei," ungkap Caselin.

Baca Juga: Bitcoin Tembus U$66 Ribu Pecah Bitcoin All Time High! 1 Bitcoin Berapa Rupiah Hari Ini Terus Melambung!

Kini Caselin berharap harga Bitcoin akan meroket menembus angka USD100 ribu atau Rp1,4 miliar.

Angka fantastis tersebut banyak menjadi target baru para analis pasar crypto.

Sebagai pertimbangan, blockchain Bitcoin baru berusia 12 tahun dan kini banyak pelaku pasar, baik digital maupun di Wall Street yang mulai mengincar pergerakan pasar crypto.

Baca Juga: Bitcoin Ditutup pada Rekor Tertinggi di Bursa ETF, Kurs Indonesia jadi Rp922 Juta dan Terus Naik!

Apalagi dengan ATH terbarunya yang memukau, para analis mulai menyesuaikan model dan grafik mereka untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan.

Bulan ini saja, harga Bitcoin terus berpacu hingga lebih dari 50%, terlebih dipengaruhi oleh diterimanya Exchange-Traded Fund atau ETF yang terhubung pada kontrak berjangka Bitcoin oleh pemerintah Amerika Serikat.

ETF Bitcoin yang diluncurkan di New York Stock Exchange pada Selasa lalu berhasil mengumpulkan USD570 juta aset di hari pertamanya, dengan USD1 miliar di volume perdagangan.

Peluncuran ETF Bitcoin tersebut merupakan salah satu peluncuran ETF tersukses sepanjang masa, namun benarkah hal tersebut menjadi pertanda bagus bagi masa depan Bitcoin?

Baca Juga: Bitcoin Kian Dekati 1 M, Potensi Shiba Inu Sebagai ‘Doge Killer’ Makin Meroket Bersaing Ketat dengan Dogecoin

Prediksi Harga Bitcoin Menurut Analis

Menurut Damanick Dantes, analis CoinDesk, target harga sesungguhnya sebelum mencapai USD100 ribu adalah USD86 ribu atau sekitar Rp1,2 miliar.

Bukan sembarangan, analisa ini didasarkan pada pembacaan sinyal grafik harga yang ada.

"Semua mata tertuju pada target USD100 ribu, tapi ketika pasar retail terburu-buru masuk dan membeli Bitcoin, termasuk ETF-nya, sepertinya USD100 ribu bukanlah akhir dari segalanya," ujar Dantes.

Baca Juga: Shiba Inu Coin Naik Turun Bikin Dag Dig Dug, Update Selalu Sebelum Buru-Buru Investasi Uang Crypto

Meskipun demikian, tak semua analis menyatakan bahwa pasar akan bullish setelah ini. Simak selengkapnya di bawah ini, seperti yang dilansir dari CoinDesk.

Matthew Dibb, COO dari Stack Funds menyatakan bahwa target jangka pendek Bitcoin selanjutnya adalah di angka USD80 ribu atau Rp1,1 miliar.

Menurutnya, seiring dengan meningkatkan kepercayaan diri pasar crypto di jangka menengah, akan terjadi rotasi kapital dari Bitcoin ke Ether, dan aset crypto alternatif lainnya.

Baca Juga: Apa NFT atau Non-Fungible Token? Sempat Trending di Twitter Ternyata Bernilai Jutaan

Berbeda dengan itu, Ulrik Lykke, founder dari ARK36 mengaku bahwa ia tak kaget apabila harga Bitcoin menanjak naik menuju angka USD100 ribu.

"Saya tak akan terkejut jika harga Bitcoin naik menuju angka USD100 ribu di kuartal keempat 2021 atau kuartal pertama 2022," ujar Lykke.

Sementara Juan Pellicer, periset analis dari IntoTheBlock mengungkapkan, "Pertumbuhan ini adalah proksi fenomenal dari klien institusional yang telah mengadopsi Bitcoin."

Baca Juga: Moon Rabbit Coin Ikut Melonjak Gegara Cuitan Elon Musk yang Dianggap Trader Mirip Kelinci, Bukan Shiba Inu

Seperti yang telah diungkapkan di atas, tak semua analis memprediksi pasar yang bullish.

Samuel Indyk, analis dari Investing.com adalah salah satu analis yang memprediksi pasar bearish setelah Bitcoin mencapai ATH barunya ini.

Layaknya peristiwa besar di pasar crypto sebelumnya, koreksi pasar telah menunggu.

Baca Juga: Prediksi ANKR Coin, Bakal Melesat Menuju 1 Dollar? Simak Analisa Harga ANKR Oktober 2021

"Sebagai contohnya, saat kontrak berjangka Bitcoin diluncurkan di Chicago Mercantile Exchange (CME) pada 2017, pasar bearish pun terjadi tak lama setelah itu, dan butuh waktu hampir 3 tahun agar harga kembali pulih," kata Indyk.

Edward Moya, seorang analis pasar senior dari Oanda menyatakan satu risiko yang tak disadari oleh banyak pihak.

Risiko tersebut adalah melonjaknya harga minyak dan gas bumi, terutama di belahan Bumi utara saat mendekati musim dingin.

Baca Juga: Trading Crypto Halal atau Haram? Ternyata Begini Menurut Ulama, Pastikan Anda Paham Sebelum 'Main Kripto'

Hal tersebut dapat mempengaruhi penggunaan energi dalam jaringan Bitcoin.

Menurut Moya, "Pemerintah bisa jadi harus mengambil tindakan tegas jika terjadi kekurangan energi di musim dingin ini di beberapa negara. Tentu saja hal tersebut bisa mengacaukan hash rate."

Untuk diketahui, hash rate adalah ukuran jumlah perhitungan yang dikirim setiap detik ke jaringan Bitcoin untuk mengonfirmasi blok data dan transaksi baru.***

 

 

Editor: Nisa Hidayat

Sumber: CoinDesk


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x