Hipotermia di Gunung, Keadaan yang Sering Luput oleh Para Pendaki, Menjadi Salah Satu Penyebab Kematian

- 25 Mei 2021, 11:19 WIB
Ilustrasi Hipotermia. Salah satu penyebab kematian para pendaki saat melakukan pendakian adalah hipotermia di gunung.
Ilustrasi Hipotermia. Salah satu penyebab kematian para pendaki saat melakukan pendakian adalah hipotermia di gunung. /Pixabay/Free-Photos


PORTAL PURWOKERTO - Kejadian hipotermia di gunung telah sering dialami oleh para pendaki terlebih saat ketinggian gunung yang didaki diatas 2000 mdpl.

Pendaki berinisial AS yang meninggal di Gunung Lawu pada awal Juli 2020 silam dinyatakan disebabkan oleh hipotermia.

Pada 24 Mei 2021, pendaki Gunung Slamet yang merupakan warga Magelang juga dinyatakan meninggal akibat hipotermia.

Baca Juga: Hipotermia Di Gunung, Pendaki Gunung Slamet Meninggal Dunia, Kenali Hipotermia dan Gejalanya

Mengenal apa itu hipotermia dan gejala serta penanganannya sebelum melakukan pendakian, akan membuat proses pendakian lebih nyaman dan aman.

Berdasarkan KBBI, hipotermia adalah keadaan suhu tubuh yang turun hingga di bawah 35°C dimana suhu normal tubuh adalah 36-37° C.

Apa itu hipotermia?

Melansir CDC, hipotermia pada tubuh disebabkan oleh kontak yang terlalu lama dengan suhu yang sangat dingin.

Saat terkena suhu dingin, tubuh akan mulai kehilangan panas lebih cepat daripada yang dihasilkannya.

Temperatur tubuh yang terlalu rendah mempengaruhi otak, membuat korban tidak dapat berpikir jernih atau bergerak dengan baik.

Baca Juga: Gratis! Drive Thru Tes Rapid Antigen bagi Warga Keluar Purbalingga, Ini Lokasinya

Hal ini membuat hipotermia sangat berbahaya, karena seseorang mungkin tidak tahu bahwa ia terkena hipotermia.

Hipotermia tidak hanya menyerang orang dewasa melainkan anak-anak hingga bayi. Bagaimana gejala hipotermia?

Gejala Hipotermia

Bagi orang dewasa, gemetaran, kelelahan atau merasa sangat lelah, kebingungan, mengantuk, tangan meraba-raba, hilang ingatan hingga ucapan cadel merupakan gejala yang biasa ditemui pada orang yang terkena hipotermia.

Sedangkan pada bayi, wajah tampak merah cerah, kulit dingin, energi yang sangat rendah dapat menjadi tanda-tanda hipotermia.

Baca Juga: Pemancing yang Tenggelam di Sungai Klawing Purbalingga Ditemukan Selasa Pagi

Siapa saja yang paling berisiko terkena hipotermia?

Hipotermia dapat menyerang pada orang dewasa hingga bayi. Bagi orang dewasa yang berkontak dengan suhu dingin dan tidak mendapatkan suplai hangat yang cukup, dapat mengalami hipotermia.

Bayi yang tidur di kamar tidur yang dingin pun dapat terkena serangan hipotermia. Begitu pula orang yang tetap berada di luar ruangan untuk waktu yang lama seperti tunawisma, pejalan kaki, pemburu, pendaki.

Tindakan awal saat ada yang mengalami hipotermia

Jika ada orang di sekeliling mengalami gejala-gejala tersebut, segera hubungi petugas medis.

Baca Juga: Rayakan Lebaran 2021, Atap Rumah Warga Purbalingga Jebol Gegara Petasan dari Balon Udara Jatuh dan Meledak

Saat petugas belum sampai lokasi, lakukan penanganan hipotermia dibawah ini untuk menghangatkan badan orang yang mengalami hipotermia.

1. Bawa orang itu ke ruangan atau tempat yang hangat.
2. Lepaskan semua pakaian basah yang dikenakan orang tersebut.
3. Hangatkan bagian tengah tubuh orang tersebut termasuk dada, leher, kepala, dan selangkangan dengan menggunakan sesuatu yang hangat.
4. Anda juga dapat menggunakan kontak kulit ke kulit di bawah selimut, pakaian, handuk, atau seprai yang longgar dan kering.
5. Minuman hangat dapat membantu meningkatkan suhu tubuh, tetapi jangan berikan minuman beralkohol.

Perhatikan keadaan orang yang mengalami hipotermia. Jika ia tidak sadarkan diri, jangan mencoba memberikan minuman.
6. Setelah suhu tubuh meningkat, jaga orang tersebut tetap kering dan bungkus tubuhnya, termasuk kepala dan lehernya, dengan selimut hangat.

Baca Juga: Lembah Asri Serang Purbalingga Buka Selama Libur Lebaran 2021, Membludak, Pengunjung Dites Rapid Antigen

Itulah sekilas mengenai hipotermia dan cara penanganannya sehingga dapat mengurangi resiko kematian saat ia mengalami hipotermia di gunung.***

Editor: Hening Prihatini

Sumber: CDC


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x