PORTAL PURWOKERTO - Kartun Nabi Muhammad serta pembelaan Presiden Prancis Imanuel Macron atas satir karikatur Nabi telah memicu gelombang kemarahan dunia Islam.
Ketegangan negara pemeluk Islam dengan negara tersebut tidak bisa dihindarkan.
Berbagai reaksi negatif bermunculan, berupa gelombang protes hingga penarikan produk dari sejumlah negara-negara mayoritas Islam, seperti Turki, Kuwait dan Mesir.
Baca Juga: Beragam Tipe Makeup Ini Dapat Membuatmu Terlihat Seperti Diva
Menanggapi karikatur yang menurut pandangan Islam adalah bentuk penghinaan Nabi Muhammad di Prancis, Miguel Angel Moratinos, Kepala Alliance of Civilizations atau Kepala Badan Anti-Ekstremisme PBB, pun mengungkapkan 'keprihatinan yang mendalam' tentang meningkatnya ketegangan tersebut.
Ia menyerukan "rasa saling menghormati" antara orang-orang yang berbeda agama dan pandangan politik.
Pernyataan Moratinos, pria yang juga mengepalai Aliansi Peradaban PBB, merenspons gelombang kemarahan.
Baca Juga: Banyak Cara Raih BLT Rp 2.4 Juta, Tinggal Menghitung Hari
Nabi Muhammad, figur yang sangat dihormati oleh umat Islam. Karikatur dari Perancis yang dipermasalahkan dipandang oleh Muslim sebagai penghinaan terhadap Islam.
Peristiwa bermula pada 16 Oktober 2020, guru bahasa Perancis Samuel Paty dibunuh di siang hari dekat sekolahnya, di pinggiran kota Paris, setelah dia menunjukkan karikatur kepada murid-muridnya sebagai bagian dari diskusi tentang kebebasan berekspresi.
Presiden Emmanuel Macron mendukung gambar-gambar itu sebagai bagian dari kelas tentang kebebasan berbicara. Dukungan Macron berbuntut seruan boikot massal produk Prancis.
Baca Juga: Benarkah Pemerintah Beri Pemilik SIM C Bantuan Covid-19? Cek Di Sini
Beberapa negara Muslim mendukung kampanye untuk memboikot barang-barang Perancis.
Representatif Tinggi PBB tersebut Moratinos menyatakan, "mengikuti dengan keprihatinan yang mendalam akan meningkatnya ketegangan dan contoh-contoh intoleransi yang dipicu oleh publikasi karikatur satir yang menggambarkan Nabi Muhammad," menurut pernyataan yang dilansir New Straits Times.
"Karikatur yang menghasut juga memprovokasi tindakan kekerasan terhadap warga sipil tak berdosa yang diserang karena agama, kepercayaan atau etnis mereka," kata Moratinos dalam pernyataan itu, tanpa secara eksplisit merujuk pada pembelaan Macron atas gambar-gambar itu.
Baca Juga: Banyak Cara Raih BLT Rp 2.4 Juta, Tinggal Menghitung Hari
"Penghinaan terhadap agama dan simbol-simbol agama suci memicu kebencian dan ekstremisme kekerasan yang mengarah ke polarisasi dan fragmentasi masyarakat," ujar dia memperingatkan.***