Hobi Rebahan? Mending Jangan Keseringan deh, Ini Risikonya

- 21 Desember 2020, 20:35 WIB
ILUSTRASI rebahan.*
ILUSTRASI rebahan.* /Pixabay//


PORTAL PURWOKERTO - Pandemi Covid-19 sejak Maret lalu, membuat dampak besar bagi kehidupan. Aktivitas di luar rumah dikurangi, sebagai upaya pencegahan penularan.

Sekolah memberlakukan belajar dari rumah, perusahaan dan instansi juga melakukan penerapan bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH).

Berkurangnya aktivitas di luar rumah membuat Kita lebih sering rebahan atau duduk terlalu lama di rumah. Tentu bisa berdampak pada kesehatan, apalagi jika tubuh terlalu lama kurang aktivitas fisik.

Baca Juga: Dikaitkan dengan Korupsi Bansos Covid-19, Ternyata Segini Kekayaan Gibran Rakabuming

"Kalau dilakukan dalam waktu yang lama, waktu yang panjang, bisa menjadi gaya hidup," kata dokter spesialis kedokteran olahraga, Sophia Hage, dalam acara bincang-bincang virtual bersama Xiaomi, seperti dikutip Portal Purwokerto dari Antara, Senin, 21 Desember 2020.

Perilaku kurang gerak merupakan segala kegiatan di luar waktu tidur, yang hanya memerlukan sedikit energi, misalnya duduk dan menonton televisi. Aktivitas yang tergolong sedentary bahkan menghabiskan energi lebih sedikit dibandingkan aktivitas ringan, seperti berdiri dan jalan kaki.

Baca Juga: Liburan di Purwokerto Pas Malam, Lapar? Ini 6 Spot Kuliner Malam Kaki Lima, Cek Ketiga Instagramable

Jika dilakukan dalam waktu yang lama, maka kurang gerak ini akan menjadi kebiasaan, dan gaya hidup. Bukan hanya bagi mereka yang sudah hobi rebahan, tetapi juga orang yang sering berolahraga, akibat waktunya dihabiskan di depan komputer atau televisi.

Sophia mengutip data dari survei IFLS dan jurnal ilmiah The Lancet Global Health, populasi di Indonesia yang tergolong kurang aktivitas fisik pada 2007 berjumlah 19,9 persen, naik menjadi 30 persen pada 2016.

Dia juga mengutip Riset Kesehatan Dasar, bahwa pada 2018 terdapat 33,5 persen populasi yang kurang aktivitas fisik pada 2018.

Baca Juga: Waspadai Pendatang di Baturaden, Jadi Saasaran Rapid Antigen Satpol PP Jateng

Sementara populasi global, terdapat 27,5 persen yang kekurangan aktivitas fisik pada 2018. Populasi tersebut, perempuan lebih banyak kurang gerak (28,6 persen) dibandingkan laki-laki (23,4 persen).

Kekurangan aktivitas fisik tentu akan berdampak pada kesehatan individu, jangka pendek, misalnya mengalami nyeri punggung bagian bawah dan radang otot. Dalam jangka panjang, kurang gerak bisa menyebabkan ostheoporosis dan ostheoarthritis.

Baca Juga: Liburan di Purwokerto ? Cicipi Serabi Aneka Rasa Mbok Tini, Sejak 1960 Rasa Jadulnya Melegenda

Sophia mencontohkan ketika terlalu sering duduk atau berbaring fungsi otot-otot besar (paha dan punggung), yang semestinya digunakan untuk menyangga tubuh, tergantikan oleh kursi.

Akibatnya, ada penurunan penyerapan gula dan lemak di sel tubuh. Ketika dua zat tersebut tidak digunakan tubuh untuk bergerak, maka kadar gula darah dan kolesterol akan tinggi dan bisa menimbulkan masalah kesehatan lainnya jika gaya hidup ini diteruskan.

Baca Juga: Viral, Tertipu Tiket Bodong, Wanita Tuna Netra Bisa Pulang Karena Bantuan Polisi Polres Purbalingga

Gaya hidup kurang gerak ini juga bisa meningkatkan risiko obesitas, hipertensi dan penyakit kardiovaskular.

Perilaku kurang gerak ini tidak hanya berakibat pada kesehatan fisik, namun, juga bisa menyerang kesehatan mental. Pelaku sedentary lilfestyle berisiko tiga kali lipat mengalami gejala depresi dibandingkan mereka yang banyak bergerak.***

Editor: Yumi Karasuma

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x